Jumat, 25 Desember 2009

Tan Malaka di Patikraja & Persiapan Rapat Ikada

Menjelang berakhirnya kekuasaan bala tentara Jepang, teraa sekali bahwa situasai dan pengendalian pemerintah Jepang dalam keadaan genting. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pejuang dan gerakan dibawah tanah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.
Desa Patikraja ternyata mempunyai catatan sejarah heroic yaitu rapat tokoh pejuang daerah Banyumas bertempat di Pabrik penggilingan padi, milik pengusaha Tionghoa yang letaknya sebelah utara lapangan Desa Patikraja.
Dalam majalah Tempo terbitan khusus bulan Agustus 2008 disebutkan bahwa ditempat itu berkumpul para tokoh pejuang yang diprakarsai oleh Tan Malaka, dengan gagasan segera diadakan usul kepada Bung Karno untuk mengadakan rapat raksasa sebagai media politik untuk membuktikan kepada Jepang bahwa rakyat Indonesia siap untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai Negara merdeka. Usulan ini akhirnya diterima oleh Bung Karno dengan dilaksanakannya Rapat Raksasa di Lapangan Ikada Jakarta. Pada foto dokumen nampak Tan Malaka berjalan dekat Bung Karno memakai topi gabus. Sayangnya foto dokumen salah sasaran karena mengambil gambar banguna KUD yang baru.
Rapat di pabrik padi dihadiri oleh Almarhun Kolonel Sugandi Patikraja sebagai pemrakarsa serta pendanaannya. Almarhum Jendral Sudirman , Dokter Angka Purwokerto dan Suparno Suryoprojo sekretaris Budi Utomo Banyumas serta masih banyak lagi utusan dari daerah luar Patikraja.
Dalam majalah Tempo tadi juga dipaparkan bahwa Tan Malaka adalah pejuang yang dilupakan, sangat dekat dengan Bung Karno, bahkan Bung Karno sendiri berpesan bila Indonesia merdeka, diharapkan Tan Maka bersedia memimpinnya. Selama ini ada anggapan bahwa Tan Malaka adalah tokoh komunis, yang kenyataannya beliau adalah seorang nasionalis yang seluruh jiwa dan raganya dipertaruhkan untuk ibu pertiwi Indonesia sampai akhir hayatnya. Dia seorang yang taat beragama yang bersal dari Minangkabau sebagai pemangku adat dengan sebutan Teuku Datuk Ibrahim. Dia meninggal akibat salah penafsiran dari komandan tentara yang diperintahkan oleh Bung Karno untuk mengamankan Tan Malaka, ternyata yang pengertian diamankan ternyata ditafsirkan dibunuh sehingga akhirnya Tan Malaka ditembak mati disebuah daerah terpencil di Blitar Selatan dengan makam yang dirahasiakan. Semasa hidupnya ia mempelajari ide H.O.S Cokroaminoto pendiri Syarikat Islam, ideology Komunis/sosialis, hingga menjelajah dunia timur sampai tidak memikirkan untuk berumahtangga.

Selasa, 01 Desember 2009

Transportasi & Komunikasi di Patikraja Tempo Dulu

Prasarana transportasi berupa perahu penyeberangan, jalan raya, jalan desa dan rel kereta api. Perahu penyeberangan terdapat di Kamal (Gambarsari) yang sekarang dibangun Bendung Gerak Serayu, menghubungkan antara Gambarsari dan Kaliwangi. Perahu penyeberangan di bawah jembatan KA Karanganyar menghubungkan desa Karanganyar dan desa Sidabowa. Perahu penyeberangan Sokawera dan desa Pegalongan dengan desa Mandirancan. Penyeberangan Wotgalih menghubungkan desa Karangendep dengan desa Kedunguluh Kidul. Penyeberangan Tayasa menghubungkan desa Kedungrandu Karanggude dengan Kedungwuluh Lor. Antara desa-desa tersebut belum ada bangun jembatan permanen.
Selain jalan propinsi yang beraspal yang menghubungkan Purwokerto dan Patikraja ke Banyumas, jalan-jalan ke desa belum beraspal. Badan jalan masih berbatu dan pasir, itupun masih sempit-sempit kira-kira selebar 4 meter. Kiri kanan jalan biasa untuk jalan kerbau atau sapii, sehingga nampak jorok karena kotoran hewan yang berceceran, di badan jalanpun banyak kotoran kuda dan sapi penarik kuda dan dokar (kereta kuda). Kebersihan waktu itu belum mendapat perhatian dari masyarakat.
Jalur Kereta Api yang beroperasi ialah Kereta Api SS (Staad Spoor Wagon mulai tahun 1916 dari Purwokerto sampai Kroya. Jalur Ivereta Api SDS (Serayu Daal Spoor Maskapai-) dimulai dari stasiun besar Purwokerto Timur. Yang menuju ke timur, berhenti di halte Pasar Wage, Stasiun Sokaraja, ke utara Stasiun Banjarsari, halte Jompo, Stasiun Kalimanah dan berakhir di Satasiun Purbalingga
Kereta Api SDS jurusan selatan dimulai dari Stasiun Purwokerto Timur, Halte Sidabowa, Stasiun Patikraja, Halte Kebasen, Halte Sampang, Halte Penisihan (Glempang) berakhir di Stasiun Maos. Selain mengangkut penumpang juga untuk angkutan hasil bumi dai daerah penghasil sayur mayur yang subur yaitu daerah Wonosobo, Banjarnegara dan sekitarnya, berupa kobis, kenthang, petai, durian, pisang dan sejenisnya. Di setiap halte para pedagang menurunkan hasl-hasil bumi itu untuk dipasarkan. Selain penumpang dan barang juga membawa benda-benda Pos yang berisi pos paket, surat-surat berharga dan juga uang kiriman dari Bank, diturunkan sesuai dengan alamatnya.
Dari stasiun Maos ke Wonosobo, Banjarnegara dan Purwokerto sebagai angkutan minyak tanah. Gerbong penumpangnya sangat sederhana. Dinding dan pintunya beserta bangku tempat duduk terbuat dari kayu jati tebal-tebal. Lubang jendelanya tak berkaca, tetapi dibuat sistem jendela buka ke atas yang daunnya susunan papan-papan kecil melintang. Setiap gerbong penumpang ada kamar kecilnya depan dan belakang. Tempat duduknya berupa bangku panjang, memanjang dari depan ke belakang 3 deret yaitu sisi kanan kiri dan tengah. Tengah biasanya untuk tempat dagangan yang ditempatkan ke dalam bakul keranjang, karung ataupun ikatan-ikatan, penumpangnya duduk berderet pada kanan kiri berhimpit-himpitan bila penumpang penuh.
Setiap rangkaian kereta dikemudikan seorang masinis, seorang juru api, seorang kondektur dan beberapa orang tukang rem pada setiap gerbong. Sebab system pengereman belum menggunakan sistem hidrolis, masih menggunakan rem abar atau besi yang bila mengerem dilakukan ctengan cara memutar handel pada setiap sambungan gerbong.
Lokomotifnya masih menggunakan mesin uap yang berbahan bakar kayu atau batu bara. Bila malam hari jelas sekali kelihatan kepulan asap yang membumbung disertai nyala bara api kecil-kecil bertebaran sepanjang rel yang dilaluinya. Bagi para penumpang harus hati-hati karena bara-bara api kecil itu bisa jatuh ke badan atau baju penumpang yang berakibat berlubang. Lebih-lebih bara api kecil itu masuk ke mata, bisa-bisa mata luka dan memerah pedih.
Untuk Kereta Api SDS menggunakan lokomotif sen C-l 1 yang biasa disebut peret dan DD.10 yang berturbin ganda dan lebih besar serta kuat daya tariknya. Untuk Kereta Api SS menggunakan lokomotif C-20 atau D-50 lokomotif-lokomotif jaman ini dapat dilihat pada Musium KA Ambarawa.
Pegawai Kereta Api baik SS maupun SDS ada yang _berasal dari desa wilayah Asistenan Patikraja. Mereka adalah : Masinis Sukirwan dan Mustaraji, Kondektur Kidam Wiryosumarto Kepala Stasiun Karanggandul, Kepala Stasiun Akhir Suryahadimadenda, kesemuanya dari desa Notog. Yang lainnya Kartoatmojo seorang kondektur berasal dari desa Pegalongan.
Kendaraan bermotor masih jarang bahkan bisa dikatakan belum ada masyarakat yang memiliki. Yang mempunyai hanya kantor-kantor tingkat kabupaten saja. Di Asistenan biasanya yang mempunyai Mantri Pulisi berupa sepeda motor merk Norton, BSA/ARIEL atau HD (Harley Davidson). Bentuk bodinya besar diatas 500 CC.
Mobil roda empat adanya mobil kuno ford, austin yang bentuk bodinya kecil-kecil peleg rodanya menggunakan jeruji. Pemiliknya kebanyakan orang Belanda dan bangsa Cina (Tionghoa) kaya serta para pengusaha. Kendaraan truk masih jarang. Mesin gilas jalan yang biasa disebut mesin uap seperti kereta api. Mobil sewaan masih jarang? Pada umumnya yang menyewa kaum priyayi atau yang berkantong tebal dan bangsa Belanda, karena sewaannya mahal. Mobil sewaan itu orang biasa menyebut Oplet atau Taxi.
Untuk angkutan barang atau hasil bumi selain kereta api, bagi orang awam menggunakan cikar (kereta yang ditarik kuda), gerobag atau pedati yang ditarik sapi, kedua alat angkut ini rodanya dari kayu, as roda dari besi dan ban rodanya dilapis besi/baja sehingga jalannya ramai bunyinya : glag, gleg, glak, glek sepanjang jalan aspal. Tetapi untuk jalan desa bisa memecahkan batu-batuan sehingga jalan desa tadi bisa halus atau lembut batuannya, mengenakan kendaraan lain yang melewatinya.
Rakyat kecil yang mau menjual hasil bumi ke kota biasanya jalan kaki sambil memikul dagangannya. Sampai-sampai jual bambupun dipikul sejauh 10 km. Tiap pikul berisi 3 batang bambu. Para wanita bawaannya digendhong dan disunggi (di bawa di atas kepala, misalnya sayuran, makanan dari ketela dan sebagainya.
Angkutan penumpang umum menggunakan dokar atau kereta kuda. Hampir setiap desa dekat jalan raya banyak yang memiliki dokar. Nama-nama dokar berbeda sesuai dengan bentuknya. Bendi adalah dokar tang tinggi bak tempat duduknya. Bila diisi penumpang terbatas, di depan 2 orang dengan kusirnya, di belakang bisa 2 bisa 3 orang dengan duduk bertolak belakang (ungkur-ungkuran) karena joknya di tengah-tengah dengan sebuah sandaran untuk bersama. Bendi kebanyakan dimiliki oleh lurah-lurah, atau priyayi, sebab selain bentuknya bagus asesorinya indah dan mengkilap, pakaian kudanya harus dari bahan belulang yang halus dan penuh asesori juga harganya memang paling mahal.
Dokar Keretek bodinya agak rendah, spadbordnya berbentuk melengkung dari papan kayu, tidak bertutup pintu, tempat duduknya rendah daya angkutnya 8 orang dengan saisnya. Dokar Jawa bentuknya ramping agak tinggi sedikit dari dokar Keretek Spad Bordnya lurus, dibelakang berpintu muat 6 orang beserta saisnya.
Sepeda sudah ada, dengan merek-merek terkenal. Sepeda gazele dan simplek buatan negeri Belanda, sepeda merk hima buatan Inggris harganya mahal- mahal. Yang memiliki hanya para Lurah dan Priyayi saja, terutama untuk kendaraan dinas pegawai Asistenan, Opas dan Breden. Bila Pak Breden naik sepeda, bertopi bambu seperti Lord Bodden Powell, berkumis lebat, membawa pedang panjang dipinggang sangat gagah dan berwibawa. Bila berjumpa dengan pejalan kaki selalu mendapat penghormatan, dibalas dengan tegur sapa yang tegas, dan mata yang garang.
Untuk hubungan pemberitaan dan perintah-perintah dinas dari Kawedanan dan Kabupaten baru bisa melalui telepon atau kurir (petugas pengantar surat dinas dari Instansi tertentu).
Salah satunya alat telepon hanya di Kantor Asistenan yang jalur kabelnya disalurkan lewat tiang-tiang telepon milik Kereta Api SS sampai ke Kantor Telepon Purwokerto. Digunakan hanya untuk keperluan Pemerintahan saja. Orang umum belum terbiasa menggunakannya.
Angkutan melalui sungai di kala itu juga ada. Transportasi ini digunakan untuk mengangkut kayu, bambu ke jurusan selatan misalnya ke Maos, sampai ke Cilacap melalui aliran sungai Tenggulun, masuk sungai Serayu.
Begitu juga aliran sungai Logawa yang bertemu di sungai Serayu. Angkutan melalui sungai berujud batang-batang bambu yang diikat dan kayu gelondongan yang dihanyutkan ke hilir sungai-sungai tadi disebut milir. Para pemilir dalam pelayarannya membawa bekal bahan makanan dan tungku perapian untuk makan selama di perjalananan yang memakan waktu 3 hari 3 malam untuk memasarkan barang bawaannya. Pulangnya banyak yang berjalan kaki atau naik kendaraan umum sampai ke kampungnya kembali dengan oleh-oleh berupa kain cita, kain mori, minyak dan keperluan rumah tangga lainnya.
Komunikasi berita di pedesaan sangat primitif. Perintah-perintah penting dari Asisten Wedana setelah diterima oleh lurah lewat konferensi atau dalam bahasa sehari-hari disebut pisowanan dari kata sowan yang artinya menghadap kepada penguasa, kemudian lurah memanggil Perangkat Desa yang disebut Kebayan untuk menyampaikan berita kepada setiap warganya.
Bila ada keperluan untuk memanggil Lurah menggunakan pukulan kenthong yang suaranya menggema dari batang pohon jati atau pohon kayu johar, pukulannya tiga kali dan bila lama belum datang pukulan diulangi bunyinya (dhung, dhung, dhung). Panggilan untuk Carik Desa satu kali (dhung). Panggilan untuk Bau dua (tali (dhung, dhung). Panggilan untuk Kebayan pukulan goyangan bunyinya dhung-dhung-dhung-berturut-turut pukulannya agak cepat.
Selain pemukulan kenthong untuk kode panggilan perangkat desa, ada beberapa tanda kenthongan untuk berita pencurian, kebakaran, kematian yang gantung diri/bunuh diri atau bangkai manusia di sungai atau ditempat.
Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter