Selasa, 25 Januari 2011

Amanah Kepemimpinan di Muhammadiyah

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (An-Nisa :58)

Menurut Anang Rikza Masyhadi dalam buku “Hadits-Hadits Politik” terbitan Suara Muhammadiyah menyatakan bahwa ayat diatas secara tersirat mengajak kita untuk memilih pemimpin yang berkompeten untuk mengemban amanah.Kompeten berarti profesional dan cerdas dibidangnya.

Kita patut meneladani Rosululloh SAW karena beliau adalah orang yang amanah sehingga mendapat gelar al-amiin. Sifat Rosul sendiri kita telah mengetahuinya, yakni: Sidik (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), Fathonah (cerdas).
Masalah kepemimpinan,reorganisasi dan rotasi jabatan dalam sebuah lembaga adalah biasa. Menjadi pemimpin atau memangku jabatan adalah amanah yang bernilai ibadah bila dilaksanakan dengan baik dan akan menjadi jalan kebinasaan dan kehinaan bila tidak bisa mengemban tugas dengan amanah. Dalam hadits Bukhari Muslim Rosululloh pernah mengingatkan Abdurrahman bin Samurah R.A:
“Janganlah engkau meminta jabatan, sebab jika engkau memangku jabatan tanpa memintanya terlebih dahulu, engkau akan diberi pertolongan dalam mengembannya; sedang jika engkau memangku jabatan dan sebelumnya engkau memintanya, engkau akan terbebani dalam mengembannya. Jika engkau sudah bersumpah untuk melakukan/meninggalkan sesuatu, namun engkau lalu melihat ada sesuatu lain yang lebih baik, maka ambillah yang lebih baik itu dan tebuslah sumpahmu yang dulu”

Dalam Hadits Muslim yang diriwayat dari Abu Dzar R.A, bahwa ia berkata kepada Rosululloh: “Wahai Rosululloh, mengapa engkau tidak mengangkatku menjadi pejabat?” beliau pun lalu menepuk pundak Abu Dzar seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sungguh menurutku engkau seorang yang lemah (dalam manajement), sementara jabatan itu merupakan suatu amanah; dan sungguh jabatan itu kelak pada hari kiamat akan menjadi sumber kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memangkunya dengan benar dan mampu menunaikan apa yang telah menjadi kewajibannya.”

Dalam hadits Bukhari Muslim dari Ibnu Umar Rosululloh juga pernah bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.”
Karena akan dimintai pertanggungjawaban terutama dihadapan Alloh SWT, maka orang yang beriman akan senantiasa berhati-hati dalam menjalankan amanah. Ia akan berusaha menjalankan tugas dengan baik. Selain berhati-hati orang yang beriman juga memiliki pengharapan untuk mendapatkan surga yang diperuntukan seorang pemimpin yang adil dan menjalankan amanah dengan baik .
Dalam hadits Bukhari Muslim dari Abu Hurairoh Rosululloh bersabda: “Tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan naungan Alloh pada hari yang tak ada naungan selain naungan-Nya adalah pemimpin yang adil,…..”
Senada dengan hadits diatas dihadits Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Rosululloh pernah bersabda: “Tiga kriteria penghuni surga adalah pemimpin yang adil dan benar, orang yang bersifat kasih sayang dan berhati lembut kepada kaum kerabat dan sesama muslim, dan orang yang menanggung nafkah keluarga namun bisa menjaga diri dari rizki yang haram.”

Dalam Quran surat al-Mukminun ayat 8 dikatakan salah satu golongan yang beruntung yang akan mewarisi surga Firdaus adalah:
“dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”
Inilah yang seharusnya menjadi salah satu motivasi untuk bisa mengemban amanah dengan baik. Dalam diskusi menggagas kepemimpinan Muhammadiyah di Banyumas yang diselenggarakan oleh AMM beberapa waktu di aula PDM. Prof. Dr. Daelami mengungkapkan, bahwa pemimpin yang baik itu disamping bener, kober juga memiliki semangat perjuangan-bodo sepetil ora papa- yang penting memiliki semangat atau motivasi, lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa semangat itu muncul dari jiwa yang memiliki idealisme yang ingin diperjuangkan.

Salah satu idealisme kita sebagai seorang guru Muhammadiyah adalah keinginan kita menjadikan sekolah kita maju dan bisa menjadi wadah bagi terbentuknya generasi Islam yang siap melanjutkan perjuangan Islam melalui pergerakan Muhammadiyah.
Terkait dengan hal tersebut guru muslim dan aktifis Muhammadiyah juga harus senantiasa termotivasi Surat Ali Imron ayat 104 yang sering menjadi rujukan ber-Muhammadiyah:
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Jadi motivasi ketika kita bersedia ketika ditunjuk untuk mengemban amanah adalah karena tanggungjawab dakwah yang diemban oleh setiap muslim. Dalam sebuah hadits Rosululloh pernah bersabda bahwa jika kita melihat sebuah kemungkaran maka cegahlah dengan tangan kita, jika tidak bisa dengan lisan kita, jika tidak bisa dengan hati kita, namun inilah selemah-lemahnya iman. Tangan disini artinya kekuasaan dan kita memang akan lebih bisa mengubah sesuatu ketika kita memiliki kekuasaan.

Namun pemimpin/kepala sekolah janganlah menjadi ‘raja kecil’ yang merasa dirinya selalu benar ingin dituruti segala keinginannya dan bawahan harus menurut. Jangan Pemimpin yang baik harus siap menerima kritik dan saran dari bawahannya. Kita patut mencontoh perilaku Sahabat Rosululloh yang diangkat menjadi khalifah. Abu Bakar Ashiddiq r.a setelah diangkat menjadi khalifah berpidato:
“Sesungguhnya saya menjadi pemimpin kalian ini bukan berarti lebih baik dari kalian. Oleh karena itu, jika saya benar (dalam menjalankan amanah ini), maka bantulah! Dan seandainya saya salah (dan menyimpang), maka luruskanlah! Taatilah aku selama aku menaati Alloh, tetapi jika malah saya berbuat maksiat kepada-Nya, maka tidak ada kewajiban taat kepadaku.”

Khalifah Umar bin Khotob juga pernah mengatakan dalam pidatonya ”Barangsiapa melihat penyimpangan dalam diri saya, maka segeralah luruskan!”. Tiba-tiba seseorang dari yang hadir berdiri, dan mengatakan:”Seandainya nanti kami melihat penyimpangan dalam dirimu, maka kami akan meluruskannya dengan pedang kami.”. Dengan tersenyum Umar berkata: “Alhamdulillah, Maha Suci Alloh yang telah mengirimkan dalam umat ini orang yang akan meluruskan Umar dengan pedangnya.”

Maka control and balance dan system transparansi perlu dibangun, hal ini akan mempermudah proses keberlangsungan sebuah program ketika terjadi suksesi kepemimpinan. Bukan pemimpin yang baik apabila ia bersifat otoriter dan arogan. Seorang pemimpin harus dapat membangun kerjasama tim dan memiliki jaringan yang luas, serta bisa memaksimalkan berbagai potensi yang ada. Dalam sebuah sekolah ada siswa, guru, karyawan, orangtua, komite, yayasan, sarana prasarana, lingkungan harus dapat diberdayakan dan diperankan sesuai dengan kapasitasnya maka harus berusaha menyatukan visi serta diperlukan pembagian tugas (job description) yang jelas untuk mendukung proses pendidikan.

Semoga Alloh selalu memberi petunjuk kepada kita untuk bisa lebih baik dalam membuat keputusan

Senin, 10 Januari 2011

Muhasabah Awal Tahun

Kita diperintahkan untuk senantiasa melakukan muhasabah (introspeksi, mawas diri) sebagaimana ayat yang sering diperdengarkan oleh khotib-khotib yang diambil dari Firman Alloh SWT dalam Quran surat Al-Hasyr ayat 18 yang menyatakan:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Muhasabah dilakukan untuk mengevaluasi diri kita apakah kita telah menjadi manusia yang banyak melakukan amal sholeh ataukah masih banyak banyak kegiatan kita sehari-hari yang justru kita isi dengan amal salah. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah kita menjadi hamba yang taat? Sudahkah kita rutin tilawah al-Qur’an membaca dan mentadaburi surat-surat-Nya? Sudahkah malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang, menikmati tayangan-tayangan ditelevisi; sinetron, film dan sebagainya? Sudahkah kita membayar zakat dan sedekah? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir.

Tahun ini harus lebih baik daripada tahun kemarin. Itulah pedoman orang yang beriman yang beruntung. Bagi yang masih pelajar, hendaknya mengevaluasi diri; nilai raport semester yang lalu yang telah diterima menjadi pelajaran untuk ditingkatkan pada semester berikutnya, apakah sudah melaksanakan tugas sebagai pelajar untuk belajar dan melaksanakan tugas dengan baik, atau masih banyak hal-hal yang kurang bermanfaat yang kita lakukan. Maka memasuki semester genap ini pedoman pelajar muslim semester ini harus lebih baik dari semester sebelumnya. Lebih baik bukan hanya nilai dalam rapot tapi tingkah laku, sikap, dan akhlaq kita, semuanya harus mengalami kurva yang naik.

Bagi yang telah dewasa; apakah kita telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab terhadap keluarga kita, sudahkah kita berikan hak-hak istri kita, anak kita; sudahkah kita didik anak kita dengan baik dan kita siapkan masa depannya; menyiapkannya menjadi generus Islam yang siap menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam pekerjaan apakah pekerjaan yang kita lakukan telah memiliki niat yang lurus karena menjalankan perintah dan mengharap ridlo-Nya dan apakah kita telah menunaikan dengan cara yang baik, profesional dan mendapat hasil yang maksimal,dan sesuai syariah-Nya, Umar bin Khotob R.A berkata ”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan persiapkanlah diri kalian sebelum datangnya hari (ketika) kalian dihadapkan kepada Alloh”.
Surat Al-Ghosyiyah: 25-26 Alloh SWT memang mengingatkan kita :
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.

Apabila kita mau melakukan muhasabah atau mengevaluasi diri maka Insya Alloh diri akan bisa menjadi orang yang tidak hanya tahu dan suka mencari kesalahan orang lain tapi juga dapat menyadari kelemahan dan kesalahan kita, selanjutnya dengan tahu dan sadar akan kesalahan kita maka kita menjadi orang yang mau bertaubat dan orang yang bertaubat akan mampu memperbaiki diri. Seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin 1 halaman 189 bahwa ”Muhasabah sangat erat kaitannya dengan taubat, karena dengan taubat seseorang akan mengintrospeksi dirinya dari perbuatan yang telah ia kerjakan dan berusaha memperbaiki segala kesalahan selama hidupnya”

Maka mari kita sadari kesalahan kita dan kita bertaubat atas dosa-dosa kita, Alloh berfirman dalam Q.S. At-Tahrim ayat 8: 
”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia;...”

Orang yang mau melakukan muhasabah juga menjadi orang yang selalu merasa diawasi Alloh (muroqobah) karena ia memahami jati dirinya dan akan meningkat keyakinan dirinya akan pengawasan dan pertanggungjawaban perbuatannya dihadapan Alloh. Maka ia akan menjadi orang yang lebih terarah dalam hidup serta tercipta kekhusukan dalam beribadah kepada-Nya. Selain itu orang yang mau bermuhasabah juga akan memiliki sifat tawakal kepada Alloh karena ia akan menyadari berbagai keterbatasan dirinya dan kemahakuasaan Alloh sehingga ketika ia berusaha hasilnya akan diserahkan kepada Alloh Yang maha bijaksana.

Namun ketika kita bermuhasabah maka bukan hanya tahu kesalahan atau kekurangan dan terpuruk dengan kesalahan yang kita perbuat, tapi kita juga harus menyadari bahwa kita masih ada waktu untuk memperbaiki diri, meski kita tahu batas waktu yang diberikan-Nya maka kita tidak boleh bersantai, kita harus memanfaatkan waktu dan potensi kita, menggapai harapan untuk bisa jadi lebih baik dan menjadi orang yang sukses didunia dan akhirat.
Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter