Senin, 10 November 2014

TESIS PENGARUH SUPERVISI KEPALA MADRASAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA :BAB I



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan nilai-nilai  didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhana peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya  merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.[1]
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya peningkatan (to elisit, to give rice to) dan mengembangkan (to evolve, to develop) dalam bahasa Arab istilah yang diterjemahkan pendidikan adalah tarbiyah. Dalam pengertian yang sempit pendidikan adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, sedang dalam pengertian yang lebih luas pendidikan adalah  sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.[2]
Menurut Nana Sudjana Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia yang pada dasarnya adalah untuk mengembangkan kemampuan dan potensi manusia sehingga bisa hidup layak, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan juga bertujuan mendewasakan anak, kedewasaan tersebut tidak hanya kedewasaan fisik tapi juga mencakup kedewasaan intelektual, sosial dan moral. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.[3]
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil yang diharapkan tersebut adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan. Pendidikan juga membantu agar proses itu berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna.[4]
Menurut Lukman el-Hakiem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang adalah sistem pendidikan warisan kolonial yang berwatak sekuler-materialistik yang dapat dilihat dari hilangnya nilai-nilai transendental pada semua proses pendidikan, mulai dari peletakan filosofi pendidikan, penyusunan kurikulum dan materi ajar, kualifikasi pengajar, proses belajar mengajar hingga budaya sekolah/ kampus sebagai hidden curriculum yang sebenarnya berperan sangat penting dalam penanaman nilai-nilai.[5]
Selain daripada itu menurut Azyumardi Azra, bahwa pendidikan yang berjalan tidak lebih hanya sekedar pengajaran, hanya merupakan proses transfer ilmu, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan “tukang-tukang” atau para spesialis yang terkurung dalam ruang yang spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.[6]
Guru merupakan faktor yang dominan, karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan mutu pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya. Dalam memposisikan guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya, sebenarnya merupakan suatu yang logis bahwa tugas utama guru sebagai desainer (perencana),implementor (pelaksana),dan evaluator (peni-lai)  kegiatan pembelajaran.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, menurut Baharuddin (Wakil Direktur II Pascasarjana UIN Malang) guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina terus-menerus. Pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui berbagai program pendidikan, prajabatan, maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik dilembaga pendidikan terlatih dengan baik dan qualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara optimal.[7]
Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam peran, fungsi dan tujuan untuk berusaha mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam transfer of knowledge dan transfer of value. Begitu pula pendidikan Islam yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sekalipun dalam pelaksanaannya masih terdapat diskriminasi secara struktural, seperti keberadaannya yang di bawah depertemen agama untuk lembaga pendidikan agama atau madrasah dan sejenisnya, sedangkan pendidikan umum barada di kementerian pendidikan nasional.[8]
Madrasah dan pesantren adalah pendidikan keagamaan yang mempunyai tujuan yang searah dengan pendidikan lainnya yakni  mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui jalur keagamaan.[9] Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 dijelaskan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan  atau menjadi ahli ilmu agama.
Menurut Abd al-Rahman Saleh sebagaimana dikutip oleh Moh. Roqib tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlaq mulia, persiapan kehidupan dunia-akhirat, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme subjek didik.[10]
 Sedangkan menurut Bambang Q-Anees dan Adang Hambali tujuan pendidikan Islam adalah mendorong siswa menjadi Ulul Albab. Lebih jauh keduanya mengutip ciri-ciri ulul albab yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat dalam Islam Aktual (1992) adalah sebagai berikut:
1. Bersungguh-sungguh mencari ilmu termasuk bersungguh-sungguh menafakuri dan menasyakuri ciptaan Alloh.
2. Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang.
3. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan orang lain.
4. Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakat, bersedia memberi peringatan kepada masyarakat.
5. Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Alloh. Sebagaimana dikemukakan dalam Al-Qur’an surat  ar-Ro’du ayat 19-22.[11]
Peran pendidikan Islam dikalangan umat Islam merupakan bentuk manifestasi dari cita-cita untuk melestarikan dan mentransformasikan ajaran Islam kepada pribadi dan generasi penerus, sehingga nilai-nilai religius yang dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.[12]
Madrasah Aliyah merupakan representasi pendidikan Islam tingkat SLTA pun mengalami tantangan berat. Karena MA disamping dituntut untuk memiliki bobot yang sama dengan pendidikan umum dalam hal pengetahuan umumnya  maka juga harus tetap menjaga pemenuhan pendidikan agama Islam sebagai ciri khususnya. Selain persoalan tersebut, Madrasah Aliyah juga menghadapi persoalan rendahnya mutu pendidikan madrasah dimana keluaran (out-put) pendidikan madrasah dinilai sangat membingungkan, sementara dalam mata pelajaran umum masih kalah dengan pendidikan umum sedang dalam pendidikan agama tertinggal dengan pendidikan di pondok pesantren.[13]
Dalam upaya peningkatan kualitas, dunia pendidikan Islam dalam hal ini diwakili madrasah masih mengalami keterlambatan dibandingkan sekolah umum terutama dalam kualitas guru. Dengan mutu pendidikan umum yang rata-rata lebih rendah dari sekolah umum, para lulusan madrasah mengalami kesulitan untuk bersaing masuk perguruan tinggi atau masuk dunia kerja.
Salah satu keunikan madrasah adalah sebagian besar madrasah adalah milik swasta. Berbeda dengan sekolah umum di lingkungan kementrian pendidikan nasional. Pada tingkat sekolah dasar, jumlah madrasah ibtidaiyah negeri hanya 4,8 % dibanding madrasah ibtidaiyah swasta yang berjumlah 95,2 %. Keadaan ini terbalik dengan sekolah dasar negeri yang berjumlah 93,1 % dan sekolah dasar swasta yang berjumlah 6,9 %. Pada tingkat SLTP, keadannya tidak jauh beda. Jumlah madrasah tsanawiyah negeri 24,3 % dan madrasah tsanawiyah swasta 75,7 %. Sedangkan jumlah SLTP negeri berjumlah 44,9 % berbanding 55,9 SLTP swasta. Hal yang sama pada tingkat SLTA dimana jumlah madrasah aliyah negeri sebanyak 30% dan madrasah aliyah swasta 70%. Sedangkan jumalah SMU  negeri 30,5% dan SMU swasta berjumlah 69,4 %.[14]
Berbagai upaya dan strategi harus dilakukan dengan baik agar kualitas guru di madrasah mengalami peningkatan, salah satu permasalahan di dunia madrasah adalah masih lemahnya kinerja guru. Kinerja guru sebagai komponen penting dalam keberhasilan pembelajaran dapat terus ditingkatkan. Sekolah atau madrasah sebagai sebuah organisasi harus memiliki iklim organisasi yang mampu mendorong guru untuk bekerja secara maksimal. Dalam hal ini tentu peran kepala madrasah sebagai pimpinan sangat berpengaruh juga dalam membangun kinerja guru.
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai; kemampuan kerja; prestasi yang diperlihatkan.[15] Peran yang dilakukan kepala sekolah/madrasah dalam menjaga dan meningkatkan kinerja guru antara lain dilakukan melalui pengawasan/supervisi. Karena menurut Hadari Nawawi, supervisi adalah pelayanan yang disediakan oleh pimpinan untuk membantu para guru agar menjadi guru yang profesional, cakap, dan terampil sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.[16]
Pribadi-pribadi yang ada dalam sebuah madrasah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tentu menjalin komunikasi dan terjadi interaksi satu dengan lainnya. Agar komunikasi dan interaksi yang terjadi melahirkan komunikasi dan interaksi yang positif dan kondusif untuk bekerja maka diperlukan iklim kerja yang baik.
Iklim kerja dalam sebuah organisasi akan mempengaruhi para pekerja dalam menjalankan tugas-tugasnya. Iklim organisasi yang baik akan dapat memotivasi karyawan untuk berproduksi dan memperoleh kepuasan, oleh karenanya pimpinan harus dapat membangun hubungan antar individu yang efektif dan efisien.
Iklim organisasi di madrasah yang baik adalah iklim yang nyaman dan kondusif serta suasananya yang dapat memicu semangat guru dan karyawan untuk dapat bekerja secara maksimal untuk kemajuan madrasah.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti mencoba untuk menggali bagaimana pengaruh supervisi kepala madrasah dan iklim organisasi terhadap kinerja guru dengan judul penelitian “Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerga Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014”.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disajikan di atas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.      Seberapa besar pengaruh supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.  
2.      Seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.
3.      Seberapa besar pengaruh supervisi kepala madrasah dan iklim organisasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.

C.    Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin:
1.      Menganalisis pengaruh supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.
2.      Menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.
3.      Menganalisis pengaruh supervisi kepala madrasah dan iklim organisasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014.

D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang tentang pengaruh supervisi kepala madrasah dan iklim organisasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan dapat :
1.      Menjadi acuan bagi kepala madrasah dalam melakukan supervisi dan melakukan tindak lanjutnya yang dapat meningkatkan kinerja guru yang akan bermanfaat juga dalam proses kegiatan belajar mengajar di madrasah.
2.      Menjadi kesadaran bersama bagi segenap komponen di madrasah untuk dapat menciptakan iklim yang baik bagi peningkatan kinerja guru agar proses pembelajaran disekolah dapat lebih optimal.
3.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan khazanah keilmuan yang bermanfaat, sebagai tolak ukur maupun referensi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan khususnya yang terkait dengan supervisi kepala madrasah, iklim organisasi dan kinerja guru terutama di madrasah aliyah.

E.     Telaah Pustaka
1.      Rita Heini,2012. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru Terhadap Proses Pembelajaran di SMA Negeri di Kota Pekalongan. Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara variable supervisi kepala sekolah terhadap proses pembelajaran sebesar 0,549 dan menyarankan agar kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan  untuk lebih mengintensifkan kegiatan supervisi.
Penelitian tersebut mengkaji pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap proses pembelajaran di SMA Negeri di Kota Pekalongan. Tentunya antara sekolah dan madrasah ada perbedaan, antara madrasah tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah juga berbeda bahkan antara madrasah negeri dan swasta juga tidak sama. Antara daerah satu dengan daerah lain juga berbeda. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini akan meneliti Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah dan hanya ditingkat Madrasah Aliyah serta khusus Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas terhadap kinerja guru.
2.      Mustopa, Hanna Amalia,2013. Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung. Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh iklim organisasi sekolah terhadap kinerja mengajar guru sebesar 84,86% dan sisanya sebesar 15,14% dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian tersebut akan menjadi pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Pada penelitian tersebut ruang lingkup penelitian hanya di satu kelas di SMA swasta dan satu kelas di SMK swasta. Walaupun sama-sama di swasta namun berbeda dengann penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan penelitian meliputi guru yang lebih luas yaitu pada beberapa Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Banyumas dengan sampel Madrasah Aliyah di Kota dan di Desa.

F.     Sistematika Pembahasan
1.         Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang  Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka dan Sistematika Pembahasan.
2.      Bab II : Landasan  Teori
Pada bab ini akan diuraikan tentang  Konsep Supervisi, Supervisi Kepala Madrasah Dalam Sistem Manajemen Madrasah, Iklim Organisasi, Kinerja Guru,  Penelitian yang Relevan dan Hipotesis Penelitian.
3.      Bab III : Metode Penelitian
Bab ini akan menjabarkan tentang hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan penelitian antara lain Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas serta Teknik Analisis Data.
4.      Bab IV :  Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian antara lain  Analisis Deskriptif, Variabel Penelitian, Uji Normalitas Data, Hasil Uji Hipotesis, dan Pembahasan.
5.      Bab 5 : Penutup
Bab penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.


[1] Tim Dosen FIP IKIP Malang,Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya:Usaha Nasional,1980). hal:2.
[2] Abdul Choliq, Pendidikan Islam Perspektif Imam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun, (Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2012), hal.11.
[3] Abdul Choliq, Diskursus Manajemen Pendidikan Islam, (Semarang: Rafi Sarana Perkasa,2012), hal.3.
[4]  ibid.
[5] Imam Robandi, Horizontalizations and School’s Networking,(Kebumen:SMP Mutu , 2012), hal.64.
[6] Abuddin Nata (ed), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Angkasa,2003), hal.57.
[7] Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan. (Malang: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.7.
[8] Abuddin Nata (ed), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Angkasa,2003), hal.65.
[9] Abdul Choliq, Manajemen Madrasah dan Pembinaan Santri, (Temanggung: STAINU Press,2011), hal.10.
[10] Moh. Roqib, Prophetic Education, (Purwokerto: STAIN Press,2011), hal.122.
[11] Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hal.54.
[12] Abuddin Nata (ed), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Angkasa,2003), hal.47.
[13] Abdul Choliq, Pengembangan Model Pendidikan Ketrampilan Pada Madrasah Aliyah, (Semarang: Walisongo press, 2011), hal.7.
[14] Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,2001), hal.131.
[15] Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Jakarta: Diva Publisher), hal.470.
[16] Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru.. (Malang: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.16.
Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter