Minggu ini dua kali
saya piket sebagai panitia UN SMA/MA subrayon 1 di SMA 2 Purwokerto; sekolah
dimana saya 20 tahun yang lalu menimba ilmu. Sekolah dimana saya juga belajar
berorganisasi terutama di Rohani Islam dimana saya pernah menjadi ketua satu
dan saya belajar untuk bergelut di dunia dakwah. Dimanapu kita berada sebagai
seorang muslim tentu ketika waktu sholat tiba akan mencari masjid, maka saat
piket itu dan waktu sholat tiba saya mendatangi mushola yang dulu menjadi
basecamp kegiatan rohis. Ternyata tidak setiap waktu ada adzan dan sering tidak
adzannya daripada ada adzannya. Ternyata memang tidak ada yang tinggal diruang
sekretariatnya sehingga saya bertanya apakah anak-anak sekarang sudah tidak ada
yang mau tinggal dan tidur di masjid?
Ketika aku kecil
mulai usia SD, anak laki-laki hampir sebagian besar tidurnya dimasjid; kecuali
anak orang kaya yang dimanjakan yang tidak boleh tidur dimasjid. Meski tidak
semua aktifitas yang mereka lakukan dimasjid adalah aktifitas yang baik karena terkadang dimasjid pulalah dulu kami
biasa merencanakan aksi pencurian buah-buahan terutama yang pemiliknya pelit.
Namun setidaknya di masjid mereka biasa mengaji dan sholat shubuh berjamaah
meskipun juga dengan susah payah dibangunkan. Selain itu mereka terbiasa dengan
kondisi yang prihatin karena biasa tidur hanya berbekal sarung dan tak beralaskan apapun kecuali lantai yang
dingin adalah hal yang biasa karena cuma ada tikar kecil yang hanya
diperebutkan banyak anak yang akhirnya hanya dikuasai oleh yang besar-besar.
Saat SMA, beberapa
temanpun masih tinggal di masjid terutama yang rumahnya diluar kota, Saya
walaupun rumahnya dipinggir kota namun tetap harus naik angkot yang terkadang ketik
kondisi pailit dan saya tidak punya uang maka saya juga tinggal di masjid untuk meringankan biaya
karena jika mau di masjid maka kita dibantu makan tiap hari dan juga diberi
uang jajan karena kita membantu menjaga masjid dan ikut mengajar anak-anak.
Pada waktu kuliah
di Semarang, saya hidup bersama dengan teman-teman yang biasa dalam
kesederhanaan dan juga tinggal dimasjid atau TPQ. Bersama teman-teman IMM saya
pernah tinggal di sebuah TPQ bernama Ibnu Sina dibawah asuhan seorang Dosen
pembimbing bernama Bapak Anwar Sutoyo yang bangunannya hanya berupa rumah dari
kayu yang tidur hanya dengan menata kursi dan tikarnya tanpa ada kasur selama 3
semester. Di gedung TPQ ini IMM secara rutin ngaji dibawah bimbingan dosen
tersebut. Teman-teman IMM lainnya ada yang tinggal di masjid AT-Taqwa Patemon
yang merupakan basecamp IMM dan juga ada yang tinggal di masjid Kapling sebuah
masjid yang baru didirikan disebuah alas yang pada waktu itu baru ada beberapa
rumah disekitarnya.
Saya juga pernah
menjadi penjaga masjid, muadzin dan sekaligus pengajar TPQ di sebuah masjid
bernama Al-Iman dimana ketua takmirnya adalah bapak Anwar Haryono salah seorang
Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Gunung Pati Semarang. Letaknya cukup jauh dari
kampus namun disinilah selain kost gratis bahkan dibayar , belajar menjadi
ustadz TPQ juga khotib jumat serta belajar bermasyarakat. Bukan Cuma kost
gratis tapi juga makan gratis karena sudah ada ibu2 tua yang setiap hari rutin
ngantar makanan. Jamaah yang lainnya juga karena kita menyatu dengan masyarakat
maka ketika ada acara apapun makan kita juga diundang atau dikirimi makanan.
Bukan cuma pas ada acara; sering juga orangtua yang anaknya diajar di TPQ itu
datang dan mengantar bingkisan sebagai ucapan terimakasih kepada Ustadznya.
Disini kita jadi sudah biasa dipanggil ustadz walaupun masih muda. Selain mengajar
TPQ juga mengajar les pelajaran umum dimana saya datang kerumah maka otomatis
ada tambahan pemasukan lagi.
Sekarang saya
menjadi kepala Madrasah Aliyah Muallimin Muhammadiyah Purwokerto, sebuah
sekolah kecil di jantung kota Purwokerto di tengah sekolah-sekolah besar dan
favourit yang ada di kota pendidikan ini. Sebuah madrasah milik persyarikatan
Muhammadiyah yang telah memiliki akar kuat sebagai sekolah kader dakwah yang
telah banyak melahirkan aktifis dakwah meski muridnya tidak banyak. Dulu sebelum
ada istilah boarding school Muallimin Muallimat Muhammadiyah Purwokerto sudah
menerapkannya pada sebagian besar siswanya, bagi putri diasramakan di sekolah
dan juga panti asuhan dan bagi putra diasramakan di masjid-masjid di kota
Purwokerto.
Mengingat simbiosis
mutualisme antara pihak madrasah yang membutuhkan siswa dan masjid yang
membutuhkan penjaga dan pengajar TPQ serta penggerak remaja masjid maka salah
satu program unggulan yang ingin kami tawarkan adalah berasrama di masjid bagi
putra dan bagi putri di asrama yang ada disekolah. Telah ada beberapa masjid
yang menyatakan kesediaanya untuk ditempati dan sekaligus membiayai sekolah
anak MAM Purwokerto. Program ini juga memberikan jaminan akan aktifnya remaja
masjid/TPQ di masjid yang bersangkutan, jika mereka belum mampu menghidupkan
TPQ atau remaja masjidnya maka tidak ada biaya yang diberikan kesekolah. Semoga
anak-anak sekarang sekarang masih mau berproses dalam kesederhanaan dan
keprihatinan dalam perjuangan untuk ditempa menjadi aktifis dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar