“Selamat pagi
Bunda” sapaku pada bunda.
Meskiku tahu, bunda
tak akan membalasnya, namun aku yakin bahwa bunda
pasti mendengarnya.
“Bunda, doakan Sheyla ya, hari ini
Sheyla mau berlomba lagi. Semoga di lomba kali ini, Sheyla bisa mendapatkan
juara kembali, amin...” kata Sheyla sambil terus memegangi tangan bundanya.
‘Kreeek...’ terdengar suara pintu
yang terbuka.
“Sudah minta izin sama bunda?” tanya Oma.
“Sudah Oma” jawabku tersenyum.
“Kalau
gitu, ayo kita berangkat!” seru Oma bersemangat.
“Ayo!”
jawabku tak kalah semangat. “Bunda, Sheyla berangkat dulu ya Bun. Jangan lupa
doakan Sheyla” kemudian, aku pun mencium bundaku.
“Assalamu’alaikum
Bunda”
---OoO---
Kalian tahu? Hari ini aku
akan berlomba di tingkat nasional! Aku mengikuti perlombaan Olimpiade
Matematika. Dan sekarang, aku, Oma, dan Bu Laila telah sampai di SMA
Muhammadiyah Yogyakarta.
“Sheyla,
Bu Guru mau mendaftar ulang dulu ya...” pamit Bu Laila.
“Iya
Bu...” Kemudian, Bu Laila pun pergi ke tempat pendaftaran ulang. Aku dan Oma
hanya menunggu sambil terus berdoa.
“Ayo,
Shey, Bu... Ini nomer pesertanya” Kami pun pergi menuju tempat lomba.
Setelah
sepuluh menit kami menunggu, perlombaan pun di mulai...
---OoO---
Saat
ini waktunya pengumuman lomba.
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh” salam seorang panitia lomba.
“Wa’alaikum
salam” jawab para hadirin, termasuk aku.
“Sekarang,
waktunya pengumuman pemenang lomba Olimpiade Matematika. Juara tiga, diraih
oleh... Varasya Amalia, dari SD Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Juara dua diraih
oleh... Muhammad Alviano, dari MI Muhammadiyah 1 Boyolali. Dan... Untuk juara
pertama diraih oleh... Aulia Sheyla Putri, dari MI Muhammadiyah Kedungwuluh
Lor... Selamat bagi para pemenang lomba, silahkan maju ke depan!” perintah sang
MC.
Dan...
Aku menang? Juara satu? Horeee... Aku pun maju ke depan. Di depan aku di
sodorkan sebuah mic. Aku bingung... Apa yang harus kukatakan?
“Assalamu’alaikum...
Disini, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih pada Allah dan tentunya, untuk
bundaku tercinta yang
telah mendoakanku. Bunda... Aku menang...” kataku di depan seluruh hadirin.
---OoO---
Aku
telah sampai, dan kembali ke Rumah Sakit tempat bunda dirawat. Aku tak sabar ingin
memberitahukan kepada bunda.
‘Kreek... pintu kamar bunda telah aku buka.
“Bunda...
Aku menang...” seruku. Tapi... “Bunda kenapa yakh?
Kenapa tubuh bunda
di tutupi selimut?” tanyaku kebingungan.
Ayah
memelukku. “Sayang, bunda
sudah tidak ada lagi, bunda
sudah tenang di surga...”
kata ayah lembut. Tapi... bunda sudah tidak ada? Apa
maksud ayah? Apa bunda
sudah... “Nggaaak.... Bundaaa... bangun Bunda... Sheyla menang Bun... Bunda
pasti ingin lihat pialanya kan? Ini pialanya Bun... Bunda banguuuun,...”
Satu
jam kemudian, aku sudah mulai tenang...
“Sheyla
jangan nangis teruuus...” kata ayah.
“Tapi
bunda, Yah...”
“Bunda
tidah apa-apa... bunda
sudah tenang di Surga”
“Di
surga???”
“Iya
di Surga...”
“Berarti
bunda sudah bahagia dong
Yah?”
“Iya...
jadi kamu enggak boleh nangis lagi... Kalau
kamu nangis, nanti Bunda sedih...”
“Iya
Yah... Tapi kan Sheyla belum sempat nunjukin piala ini ke bunda”
“Enggak
apa-apa... Yang penting bunda
sudah tahu bahwa Sheyla hebat!”
“Iya...
Makasih ya, Yah...”
“Sama-sama...”
Aku
pun menatap bundaku
tercinta... “Bunda ini hadiah dari Sheyla untuk Bunda...” kataku sambil
menunjukan piala tersebut pada bunda.
Bunda,
teruslah tersenyum... Jangan menangis... =D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar