A. Pendahuluan
Pada awalnya Islam masuk ke India
pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang
dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim peradaban Islam mulai tumbuh dan
menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil
menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakat
India pada tahun 1020 M
Dinasti Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di
India. Dinasti ini merupakan kelanjutan dari
kesultanan Delhi yang melalui perjuangan
yang panjang hingga akhirnya terbentuk
sebuah dinasti di India yang memusat, yang merupakan suatu usaha membentuk
sebuah kultur Islam yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa
Persia dan bangsa India..
Keberadaan dinasti
ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua
India yang nyaris tenggelam. India merupakan suatu wilayah dimana tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya dinasti Mughal, maka kejayaan
India dengan peradabannya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Perkembangan sebuah peradaban tentunya melalui sebuah proses yang tidak
terlepas dari proses pendidikan. Bagaimana proses perkembangan masyarakat di
Dinasti Mughal dan bagaimana corak pendidikan Islam di Dinasti Muhga. Dengan
mengkajinya semoga kita dapat mengetahui perkembangan Dinasti Mughal dan
bagaimana corak pendidikan lslamnya sehingga kita bisa mengambil hikmah dari
apa yang telah terjadi pada masa lalu di Dinasti Mughal.
B. Pembahasan
1. Sejarah Terbentuknya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia
menandai puncak perjuangan panjang Untuk membentuk sebuah imperium India
muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan
bangsa India. Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada
masa Khalifah al-Walid I (705-715) melalui ekspedisi yang dipimpin oleh
panglima Muhammad Ibn Qasim tahun 711/712, peradaban Islam mulai tumbuh dan
menyebar di anak benua India.
Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan
kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu
dan serta mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Gaznawi
hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini,
seperti Dinasti Khalji (1296¬1316 M.), Dinasti Tuglag (1320-1412), Dinasti
Sayyid (1414-1451), dan Dinasti Lodi (1451-1526). Hal ini menunjukkan bahwa
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada
dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini
justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah
Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan
pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk.
Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan
Jenghis Khan. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399,
namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India. Babur
bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang Mughal”. Di dalam memoarnya dia
menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya
dikenal sebagai dinasti Mughal.
SebenarnyaMughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk-penulis) dan semua
pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib
merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk
memperbaiki kesalahan itu. Ensiklopedia Islam bahkan menyebutkan “Mogul
(Mughal-pen) didirikan oleh seorang penjajah dari Asia Tengah, Muhammad
Zahiruddin Babur dari etnis Mongol”. Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat
disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan
bukan warisan keturunan India yang asli.
Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi
peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia
berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di
Asia masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat
bantuan dari Raja Safawi Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand
tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan. Zahiruddin
Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi pimpinan Ibrahim Lodi yang
tengah berkuasa di India. India pada saat itu tengah dilanda krisis sehingga
stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi,
bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta
bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Babur berhasil
menaklukkan Punjab pada tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526, dalam pertempuran
di Panipat, Babur memperoleh kemenangan dari tangan Ibrahim Lodi. Ibrahim
sendiri terbunuh pada pertempuran itu. Babur bersama pasukannya memasuki kota
Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya
pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah Kerajaan Mughal di India pada
tahun 1526 M[1].
2. Pendidikan Pada Masa Mughal
Pada
masa ini mucul Umran (sosiology), falsafah tarikh (philosophy of history) dengan
munculnya Muqaddimah Ibnu Khaldum kitab pertama dalam bidang ini juga dalam
masa ini disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu
peperangan, ilmu kritik sejarah. Di bawah kekuasaan Mughal aktifitas pendidikan
terus berkembang sampai menduduki posisi penting pada setiap kebijakan
pemerintah.
Babur
(1526-1530 M.), mendirikan sebuah madrasah di Dili. Madrasah ini tidak hanya
mengajarkan pengetahuan agama seperti madrasah lainnya, tetapi juga mengajarkan
matematika, astronomi dan geografi. Dia juga membentuk Departemen Urusan Umum (shurat-i Amm)
yang tugasnya mengembangkan sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah.
Pada
masa kekuasaan Akbar (1556-1605 M), sejumlah madrasah didirikan baik oleh
pemerintah maupun individu. Akbar membangun sebuah madrasah di Fathpur Sikri,
di Dili dibangun madrasah oleh Maham Aqna (ibu pengasuhnya) yang dikenal dengan
arsitekturnya. Kurikulum madrasah berisi ilmu pengetahuan umum disamping ilmu
pengetahuan agama. Pelajarannya meliputi matematika, agrikultura, geometri,
astronomi, fisika, logika, filsafat alam, teologi, sejarah dan pendidikan
agama.
Dengan
melihat pelajaran-pelajaran yang diajarkan pada madrasah dan sekolah tersebut,
maka metode yang dipahami adalah multi-metode. Aktivitas pendidikan yang
kemudian sangat menonjol di India pada abad ke-18 dengan lahirnya gerakan
mujahidin yang dicetuskan ole Syekh Waliyullah yang memberikan perhatian sangat
serius pada pendidikan.
Gerakan
mujahidin diteruskan oleh putranya Syah Abdul Azis yang menekankan bahwa
untuk mencapai kemajuan harus mempelajari bahasa Eropa (bahasa Inggris)
yang sebelumnya diharamkan. Kemudian dilanjutkan oleh Sir Syayid Ahmad Khan
yang menyatukan bawha untuk mencapai kemajuan harus kembali kepada ajaran
Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan al-hadis. Dengan membersihkan tauhid dari
kemusyrikan dan meninggalkan taqlid. Ijtihad diperlukan untuk memperoleh
interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan al-hadis.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa pendidikan merupakan jalan bagi umat Islam India
untuk mencapai kemajuan. Selain Syah Waliyullah, Sayyid Ahmad Khan,
tokoh-tokoh pembaharu India lainnya adalah Sayyid Amir Ali, Muhammad Ali dan
Abdul Kalam Azad.
Aktivitas
pendidikan pada masa tiga kerajaan besar (Turki Usmani, Safawi dan Mughal),
kendati tidak mengalami kemajuan seperti pada masa klasik dan masa sekarang,
namun cukup berkembang dengan pesat dan mengalami kemajuan sesuai dengan ukuran
zamannya.
Pendidikan
pada masa Usmani dari sistem madrasah yang hanya mengajarkan agama ditambah
dengan pelajaran umum, pada masa ini juga diadakan pembaharuan pendidikan
Islam. Pada masa Safawi kemajuan pendidikan lebih menonjol pada bidang
arsitektur dan seni yang menghasilkan bangunan yang mewah menurut zamannya.
Pada masa Mughal, aktivitas pendidikan terus berkembang sampai menduduki
penting pada setiap kebijakan pemerintah.
Dalam
rangka memajukan kerajaan setiap tokoh dalam kerajaan besar ini sepakat bahwa
hanya dengan memajukan pendidikanlah yang dapat mengantar kepada kemajuan dalam
berbagai bidang kehidupan.[2]
3. Kemajuan yang dicapai
Kerajaan Islam Mughal
Perkembangan pendidikan dalam sebuah masyarakat
akan berpengaruh terhadap bidang-bidang yang lain. Bidang-bidang yang cukup
berkembang pada masa Dinasti Mughal antara lain:
a.. Bidang Politik dan Administrasi Kenegaraan
§ Perluasan wilayah dan
konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
§ Pemerintahan daerah
dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran. Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul).
Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan
karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi
yang pernah dipraktekkan oleh penguasa islam.
§ Pada Masa Akbar terbentuk landasan
institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit
militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan,
Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang
panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
§ Para pejabat dipindahkan
dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
§ Wilayah imperium juga
dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak
dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
b. Bidang Ekonomi
§ Terbentuknya sistem
pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
§ Adanya sistem pemerintahan
lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani.
Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan
muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan,
bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan
tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
§ Sistem pengumpulan pajak
yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan
dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan
pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut
didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir.
Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat
lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam
pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada
seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan
terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana
(uang pajak) dari zamindar.
§ Perdagangan dan pengolahan
industri pertanian mulai berkembang. Pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada
The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur-
untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka
mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan
rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam Jumlah yang besar
c. Bidang Agama
Pada masa Akbar,
perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama,
yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari
berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada
prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun
konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan
dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang
peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia”.
Perbedaan kasta di India
membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal,
Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang
angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa
Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu
percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam
India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal yakni:
§ Berkembangnya aliran
keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut
Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
§ Pada masa ini juga
dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
§ Aurangzeb berhasil disusun
sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan
fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk
meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul
dan Din-i- Ilahi.
d. Bidang Seni dan Budaya
§ Munculnya beberapa karya
sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan
Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan
Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
§ Kerajaan Mughal termasuk
sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya
arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan
Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat
Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam
(1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki
(1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur,
berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
§ Taman-taman kreasi Moghul
menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur
Tengah, dan lokal.Sebab-sebab Kemajuan
Kerajaan Mughal tidak
mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini
termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal
tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan faktor-faktor sebagai
berikut:
·
Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja
yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan
suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
·
Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup
puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraanny
·
Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang
tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk
yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan
cukup dominan dalam ketentaraan.
·
Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu
dan pengetahuan. Para Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun
masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra.[3]
4. Raja Yang Pernah Memerintah
Kerajaan Mughal
Zaharuddin Babur
adalah raja pertama sekaligus pendiri Dinasti Mughal di India. Masa
pemerintahanya digunakan untuk membangun pondasi pemerintahan. Awal
pemerintahanya, Babur masih menghadapi banyak pihak-pihak musuh, diantaranya
orang-orang India yang tidak menyukai berdirinya Dinasti Mughal. Dinasti Lodi
yang dipimpin Muhammad Lodi juga berusaha bangkit dan menentang pemerintahan
Babur, namun semua itu dapat diatasinya.
Sepeninggal Babur Dinasti Mughal diteruskan
putranya yang bernama Humayun (1530-1556) M. . pada masa pemerintahan Humayun,
ia juga masih menghadapi banyak pemberontakan. Ia berhasil mengalahkan Bahadur
Syah yang berusaha melepaskan diri. Pada tahun 1450 terjadi kudeta yang
dilakukan oleh Syar Khan dalam pertempuran di Qonuj. Ia melarikan diri ke
Persia, setelah menyusun kekuatan selama 15 tahun ia berhasil merebut kembali
tahta kerajaa.
Setelah Humayun
wafat pada tahun 1556 ia digantikan oleh putranya Akbar. Ketika naik tahta ia
baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan diserahkan kepada
kepada Bairan Khan.
Pada awal
pemerintahanya Akbar menghadapi pemberontakan sisa keturunan Sher Khan.
pemberontakan yang paling besar adalah pemberontakan Himu yang menguasai
Gwalior dan Agra. Bairam khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga
terjadilah pertempuran dahsyat yaang disebut panipai II. Setelah Akbar dewasa
ia berusaha menyingkirkan Bairan Khan
yang sudah mempunyai pengaruh besar, Bairan Khan memberontak namun dapat di kalahkas
Akbar tahun 1561 M.
Kerajaan mughal
mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Akbar, generasi sesudah Akbar
yaitu Janaghir, Syah Jahan, Aurangzeb masih dapat mempertahankan kejayaan
tersebut. namun Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak dapat mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.[4][4]
Selama masa
pemerintahan Dinasti Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang
pernah memerintah adalah Zaharuddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556),
Akbar (1556-1605), Jahangir (1605-1627), Syah Jahan (1627-1658), Aurangzeb
(1658-1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar
(1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II
(1754-1760), Syah Alam (1760-1806), Akbar II (1806-1837), Bahadur Syah
(1837-1858).
5. Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan
Mughal
Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar
(1556-1605). Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan
(1627-1658), Aurangzeb (1658-1707) masih dapat mempertahankan kemajuan
tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda
kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut:
a) Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan
kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
b) Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan
kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin
sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada
waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus
memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat
secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka,
baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu
dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan
hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi,
rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal
terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah
kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan
membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah
pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang
terlampau "kasar" dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta
kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
C. Penutup
Dinasti Mughal di India telah membawa perubahan
besar dalam masyarakat India. Perubahan tersebut tidak lepas dari proses
pendidikan Islam yang telah diterapkan dimasa itu. Perubahan tersebut antara
lain:
1.
Islam telah
mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India.
2.
Dengan hadirnya
Dinasti Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam kembali muncul.
3.
Pendidikan Islam Kejayaan
yang dicapai Dinasti Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban
dunia.
4.
Dinasti Mughal telah
berhasil membentuk kosmopolitan Islam-India daripada membentuk kulture muslim
secara eklusif.
5.
Kemunduran suatu
peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol elite penguasa, dukungan rakyat dan
kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk
apapun perlu diwaspadai.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Choirul Rofiq, M. Fil. I, Sejarah
Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern), Yogyakarta; Nadi Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar