Perjalanan panjang telah
dilalui oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang telah memasuki usia 105 tahun
menurut perhitungan kalender hijriyah. Muhammadiyah telah ada sebelum negara
ini ada, ia telah menapaki perjalanan panjang berbagai kondisi sosial politik
negeri ini dan kita patut bersyukur karena jarang ada sebuah organisasi sosial
yang hidup lebih dari satu abad. Namun mau sampai kapankah Muhammadiyah bisa
bertahan adalah sebuah pertanyaan yang harus direnungkan dan menjadi tantangan
tersendiri bagi para aktifis didalamnya termasuk para aktifis Muhammadiyah di
Banyumas; apakah Muhammadiyah saat sekarang terutama di Banyumas lebih baik
dari sebelumnya ataukah semakin merosot kualitasnya dan jika terus menerus
merosot tanpa mau berbenah maka tunggulah kehancurannya.
Mari kita mencoba metani permasalahan yang ada dihadapan
kita; saya katakan kita karena saya sendiri adalah pimpinan disebuah amal usaha
Muhammadiyah, saya juga masuk di kepengurusan ranting, cabang dan daerah
disamping masih juga salah satu ketua di Pemuda Muhammadiyah Daerah Banyumas
dan saya juga yakin kebanyakan pembaca adalah aktifis Muhammadiyah atau
ortomnya jadi Muhammadiyah adalah kita dan permasalahan Muhammadiyah adalah
permasalahan kita. Tentunya sudut pandang satu dengan yang lain bisa berbeda
namun setidaknya pandangan saya dapat menjadi masukan agar kita sadar bahwa
kita punya masalah dan setelah kita juga harus mencoba mencari solusi dari
permasalahan tersebut demi perbaikan kedepan organisasi kita.
Sudah menjadi sunatulloh
bahwa perjuangan mesti akan berhadapan dengan tantangan dan Menurut Haidar
Natsir tantangan Muhammadiyah memasuki abad kedua akan semakin kompleks
ketimbang masa sebelumnya namun setiap generasi diharapkan memiliki strategi
yang tepat sasaran mencapai keberhasilan dalam mewujudkan tujuan organisasi
yakni terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagaimana Muhammadiyah di
tempat lain Muhammadiyah di Banyumas memang gerakan amal, oleh karena itu telah
berdiri banyak amal usaha terutama di bidang pendidikan dari mulai PAUD/ TK
yang jumlanya ratusan, puluhan MI/SD juga puluhan SMP/MTs juga puluhan
SMA/MA/SMK sampai Perguruan Tinggi yakni UMP, termasuk Pondok Pesantren yang
telah berdiri di Cilongok dan Kemranjen. Bidang pendidikan merupakan bidang
andalan persyarikatan dan kita memiliki Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
yang mengurusinya. Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah di Banyumas telah
jauh tertinggal dari ormas yang lain. Dengan NU kita jauh keselip dari sisi
kuantitas, dari Al-Irsyad kita jauh tertinggal dari sisi kualitas. Majelis
dikdasmen perlu terobosan-terobosan yang inovatif dalam mengelola lembaga
pendidikan. Untuk itu diperlukan tenaga ahli yang memang bekerja untuk
pengembangan programnya karena pengurus yang ada adalah orang yang supersibuk
dengan pekerjaannya masing-masing.
Berbagai persoalan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah memerlukan penanganan yang lebih dari PDM
melalui Majelis dikdasmennya. Peningkatan kualitas SDM suatu hal yang harus
segera digarap, banyak guru sebenarnya adalah guru yang tidak layak namun
dibiarkan dan tidak ada tindakan tegas. Suasana di sekolah Muhammadiyah terlalu
“familier” dengan ketidakberesan, sepertinya karena guru dan karyawannya adalah
orang titipan dan lewihan yang tidak diterima di lembaga lain sehingga
cenderung tidak berkualitas tapi pekewuh untuk diberhentikan. Banyak juga guru
karyawan yang tidak memahami visi misi dan tujuan Muhammadiyah, mereka hanya
numpang hidup untuk mencari sesuap nasi dan kesempatan menjadi pegawai negeri atau minimal tunjangan
impassing dan atau sertifikasi. Mereka belum sadar untuk menghidupkan dakwah
persyarikatan dan ogah-ogahan jika
supaya ikut kegiatan persyarikatan. Bagaimana mau mencetak anak didik yang mau
aktif di Muhammadiyah sementara gurunya saja tidak mau aktif di Muhammadiyah? Bagaimana
mau mencetak siswa yang rajin ngaji sementara gurunya malas mengaji? Bagaimana
mau mencetak siswa yang rajin beribadah sedang gurunya juga enggan berjamaah?
Bagaimana mau mencetak siswa yang mau menutup aurat sementara gurunya juga
hanya menutup aurat sebagai formalitas disekolah semata? Bagaimana mau mencetak
siswa yang fasih dan hafal Al-Qur’an sedang gurunya juga masih belum
terbata-bata dan belum hafal juzz ‘amma. Mau dibawa kemana sekolah
Muhammadiyah? Sekarepe kepala
sekolahnya, karena belum ada sistem yang bagus dan baku dalam pengelolaan
sekolah Muhammadiyah.
Masalah lain yang muncul di
Pendidikan Muhammadiyah adalah karena ketidak adanya keteladanan dari pimpinan
persyarikatan di hampir semua level yang tidak mau menyekolahkan putra-putrinya
ke sekolah/madrasah Muhammadiyah. Bagaimana mau mengajak orang lain sekolah di
Muhammadiyah jika putra-putrinya sendiri juga tidak disekolahkan di sekolah Muhammadiyah?
Maka banyak sekolah Muhammadiyah yang semakin menurun jumlah peserta didiknya, bahkan
terancam bubar.
Di bidang sosial Panti
Asuhan Muhammadiyah telah ada di Purwokerto, Sokaraja, Ajibarang, Wangon dan
Pekuncen. Begitu pula Klinik/ Balai Pengobatan yang telah ada di Purwokerto,
Karanglewas, Kemranjen, Tambak termasuk Rumah Sakit Islam Purwokerto yang
awalnya memang milik Muhammadiyah; sekarang mulai kembali ke pangkuan
Muhammadiyah.
Menjadi pertanyaan kita
bersama; sudahkah amal usaha tersebut dikelola dengan baik dan memberikan
kontribusi yang positif bagi perjuangan persyarikatan. Sudahkah Muhammadiyah
memperhatikan apa yang terjadi di amal usahanya, sudahkah kita melakukan
program pembinaan dan mempersiapkan kepemimpinan di setiap amal usaha Muhammadiyah
tersebut. Seringkali Muhammadiyah mendirikan sebuah amal usaha dengan
perjuangan dari anggotanya dengan tertatih-tatih namun ketika sudah besar dan
bisa mandiri banyak yang sudah merasa tidak memerlukan Muhammadiyah lagi.
Mereka berjalan sendiri, tidak melaporkan kebijakan dan keuangan yang
dikelolanya, keputusan yang telah ditetapkan pimpinan persyarikatan dianggap
angin lalu saja dan seperti sudah membentuk dinasti tersendiri dalam majelis
atau amal usaha yang dikelolanya tersebut. Ini barangkali akibat terlalu
lamanya tidak ada pergantian dalam sebuah majelis atau amal usaha. Maka
sebagaimana jabatan presiden dan juga pimpinan sekolah Muhammadiyah yang sudah
dibatasi 2 periode, maka pimpinan dalam Majelis atau lembaga dan amal usaha
Muhammadiyah yang lain juga perlu dibatasi.
Ketika ada permasalahan di majelis
atau lembaga maka Pimpinan Daerah seharusnya lebih bertindak proaktif melakukan
pendampingan dan pemberdayaan terhadap personil yang bermasalah. Pengurus harus
berani nylentik kepada personil yang mbalelo dan menyimpang dari visi misi
organisasi dan jika mereka tidak juga kembali kepada khithoh maka mereka lebih
baik supaya mengundurkan diri sehingga tidak menjadi benalu di persyarikatan.
Begitu pula majelis atau lembaga terhadap karyawannya di amal usaha
Muhammadiyah yang menjadi bidang garapnya. Pengurus perlu lebih tegas dalam
masalah ini karena penguruslah yang bertindak sebagai pemilik. Apa yang telah
dilakukan di UMP untuk dapat diteruskan dan diikuti di AUM yang lainnya.
Berbicara tentang UMP
walaupun secara struktural berada di Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah
namun sejarah historis adalah didirikan atas usaha keras PDM Banyumas masa
dahulu yang ketika sudah mapan dan berkembang jangan sampai kacang lupa akan
kulitnya. Antara UMP dan PDM harus saling bersinergi dalam program dan
pendanaan. Rencana UMP mengalokasikan anggaran ke persyarikatan melalui PDM
Banyumas- imbas kenakalan anak muda
Muhammadiyah- seharusnya segera dapat direalisasikan seutuhnya, tanpa perlu
sungkan-sungkan meminta realisasi apa
yang pernah diucapkan pimpinan UMP, meskipun ketika di kampus personal PDM
merupakan dosen di UMP.
Dalam bidang ekonomi belum
nampak program nyata pemberdayaan ekonomi masyarakat, yang terlihat baru ada
BMT yang pendiriannya juga bukan inisiatif dari PDM namun lebih karena
inisiatif pribadi, cabang atau ortom sehingga dalam perjalanannya juga belum
ada mekanisme hubungan yang jelas dengan PDM. Sehingga muncul egoisme pribadi
dan cabang yang tidak mau membantu program Muhammadiyah kalo bukan dari
cabangnya sendiri.
Lembaga yang sudah terlihat
aktif adalah lazismu yang dalam waktu yang relatif singkat telah dirasakan
manfaatnya dalam mendukung program persyarikatan dan banyak melibatkan ortom
dan AUM dalam kegiatannya. Hal tersebut karena berhasil memberdayakan potensi
kaum muda di Muhammadiyah. Hal tersebut perlu ditiru oleh majelis dan lembaga
yang lain.
Lembaga lain yang juga cukup
terlihat dan menjadi magnet bagi pengurus adalah KBIH, lembaga ini memiliki
daya tarik karena memiliki pendanaan yang cukup dan ada harapan untuk bisa haji
gratis atau setengah gratis dengan menjadi pembimbing. Karena memiliki anggota
yang dianggap mampu maka lembaga ini terkesan menjadi sapi perahan bagi
persyarikatan ketika ada proyek yang harus diselesaikan. Namun lembaga ini
belum banyak bersinergi dan membantu bagi ortom dan AUM lain.
Dalam bidang dakwah, kita
belum memiliki inovasi, kita masih berdakwah secara konvensional, ceramah dan
pengajian umum masih menjadi program utama, Majelis Tabligh masih berkutat
mengurusi pengajian rutin selapanan di cabang. Pengajian selapanan ditingkat
cabang pun bila ada yang tidak berjalan atau mengalami penurunan secara
kualitas dan kuantitas belum ada upaya serius untuk menghidupkan atau
menggairahkan kembali. Banyak dai-dai yang sudah dijadwal namun tidak
menjalankan tugasnya ada yang karena sibuk dengan urusan sendiri ada juga yang
karena saking larisnya di luar sehingga yang di Muhammadiyah dinomorduakan. Oleh
karena itu mending mereka yang kurang aktif diganti dengan yang muda-muda
sebagai proses pembelajaran dan perkaderan bagi anak muda. Gerakan jamaah
dakwah jamaah hanya sekedar teori yang belum diwujudkan secara konkrit.
Kalau dahulu Muhammadiyah
dikenal sebagai organisasi yang banyak diterima dan hidup didaerah perkotaan namun
kini Muhammadiyah sudah kurang laku di kota. Hal tersebut dapat dilihat dari
lesu dan matinya aktifitas pengajian di ranting-ranting di Purwokerto,
banyaknya masjid/mushola yang dulu merupakan milik atau dibawah koordinasi
dakwah Muhammadiyah sekarang terbengkalai atau sudah dikuasai kelompok lain.
Maka ke depan Muhammadiyah perlu lebih mengoptimalkan peran masjid-mushola
sebagai corong dakwah persyarikatan. Bagaimana agar pengurus masjid mushola
juga sekaligus pengurus aktif di ranting dan cabang; bagaimana agar pengurus
masjid dan mushola memiliki program yang berkesinambungan dengan program Muhammadiyah.
Bagaimana agar Muhammadiyah mengupayakan peningkatan kualitas pengelolaan
masjid dan mushola, pembinaan imam dan khotib, pengajian rutin jamaah,
pelatihan manajemen masjid dan mushola.
Jika tanpa koordinasi dengan
pengurus Muhammadiyah maka yang terjadi satu masjid atau mushola akan berjalan
sendiri-sendiri; ada yang aktif ada yang mati, ada yang terlalu berani berbeda
dan mengambil keputusan sendiri dalam masalah fikih tanpa berpedoman pada hasil
yang telah ditetapkan Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid karena
memang sudah tidak ada kajian tentang fiqih yang sesuai tarjih. Maka disitulah
jamaah akan mulai mbrodoli dan
bergabung dengan jamaah lain. Muhammadiyah perlu lebih meningkatkan kualitas
imam masjid agar pemahaman Islam, fikih dan memiliki tajiwid dan hafalan yang
layak sebagai seorang imam, sehingga akan terkikis anggapan umum bahwa orang
Muhammadiyah tidak fasih kalau menjadi imam.
Bidang perkaderan masih kurang
kita perhatikan. Angkatan Muda Muhammadiyah kita yang jarang kita sapa. Mereka
tidak ada aktifitas kita biarkan saja, pengurus Muhammadiyah banyak yang gagal mendidik anak-anak kita
menjadi aktifis Muhammadiyah dan juga tidak berhasil mendidik kader dalam
organisasi, sehingga aktifitas AMM kurang bergairah bahkan banyak AMM yang
tidak ada di cabang-cabang dan jika hal ini terus-menerus terjadi maka lambat
laun Muhammadiyah semakin hilang dari peredaran dakwah dan suatu saat hanya
tinggal sejarah. Kita tetap berharap pada Robb namun kita juga harus
memaksimalkan ikhtiar dalam perjuangan ini terutama dalam mencetak generasi
masa depan, generasi yang mau memperjuangkan Islam terutama melalui
persyarikatan Muhammadiyah kita sebagai alat perjuangan menegakan dan
menjunjung tinggi agama kita.
Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (QS. Annisa:9)
Anak muda perlu perhatian kita,
jika ada kegiatan tolong bantu mereka, jika tidak ada kegiatan oprak-opraki mereka agar ngadakan kegiatan,
mari kita dorong anak, cucu, ponakan dan keluarga kita yang lain untuk terlibat
dalam kegiatan persyarikatan. Kita pernah mendirikan Persatuan Sepak Bola
Hizbul Wathon, namun ternyata sudah tidak ada aktifitas lagi dan kita pun diam
saja dengan kevakuman PS HW Banyumas.
Kita harus terus bergerak
dan memperbaiki gerak perjuangan kita. Majelis dan lembaga perlu lebih
mengoptimalkan peran berupa program yang dapat dirasakan oleh anggota dan
masyarakat sehingga gaungnya lebih terasa ditengah umat, pimpinan Muhammadiyah
perlu lebih turun ke akar rumput apalagi tren sekarang masyarakat menginginkan
pemimpin yang merakyat yang seneng blusukan. Oleh karenanya pengurus perlu
lebih membuka diri terhadap permasalahan umat dan memperbanyak program
blusukan. Atau sepertinya pada periode yang akan datang lebih diperbanyak pengurus
yang tidak dari pegawai atau karyawan yang biasanya bersifat mriyayeni dan sok
birokratis.
Peran politik Muhammadiyah
ditingkat lokal juga sepertinya mengalami kemerosotan dan belum optimal
sebagaimana seharusnya. Kita menyadari jumlah orang Muhammadiyah tidak banyak
namun karena kebanyakan adalah kaum intelek maka biasanya memiliki peran yang
lebih signifikan namun sekarang orang Muhammadiyah kurang berperan dalam
pemerintahan bahkan yang sudah masuk di pemerintahan pun akhirnya tidak berani
menampilkan kemuhammadiyahanya karena takut menghalangi karirnya. Lebih-lebih
di Kementerian Agama Muhammadiyah lebih terpinggirkan lagi, padahal beberap
periode sebelumnya peran Muhammadiyah sangat signifikan di depag. Sepertinya
jaringan dan komunikasi antar pengurus disemua tingkatan serta dengan lembaga
di luar Muhammadiyah perlu mendapat perhatian untuk masa yang akan datang.
Termasuk dengan media massa
baik cetak maupun elektronik yang sepertinya kita belum mendapat tempat dihati
media massa yang ada. Pemuda Muhammadiyah yang pernah mencoba menjalin
kerjasama dengan beberapa media ternyata belum mendapat respon positif dari
pimpinan dan warga Muhammadiyah.
Mari kita berbenah, mari
kita melakukan revitalisasi gerakan tajdid kita, mari kita berinovasi dalam
berdakwah agar diusia yang sudah tua (105 tahun), kita tidak membiarkan
organisasi kita menjadi tua renta tak berdaya yang tinggal menunggu Sang
Pencabut Nyawa, mari kita nlungsumi
tuk menjadi muda kembali, bersemangat kembali dan berlari menjemput mimpi dan
asa kita; “Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar