Salah satu masalah yang dihadapi umat adalah krisis
identitas. Identitasnya sebagai seorang muslim banyak digadaikan sadar atao
tidak sadar. Yang tua masih melakukan ritual yang bercampur aduk dengan
kepercayaan animisme dinamisme, Hindu dan Budha, seperti selamatan kematian,
sedekah bumi dll, sedang yang muda banyak yang mengekor atau meniru dunia
Barat, seperti gaya hidup, perayaan ulang tahun, valentine day, dlsb.
Semoga tidak ada diantara remaja kita yang
ikut-ikutan bervalentine day, karena hal
tersebut berarti tasyabuh bil kuffar, ikut dan meniru kaum kafir.Padahal
Rosululloh dalam hadits menyatakan: “MAN TASYABBAHA BIQOUMIN WAHUWA MINHUM”
Barangsiapa meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.(H.R.
Muslim, msusnab Abdullah bin Umar no. 5114). Apalagi kalo perayaan semacam ini
terus berkembang maka kemaksiatan, zina dan dosa lain juga akan berkembang.
Peringatan Valentine Day awalnya adalah peringatan
terhadap seorang Pendeta bernama
Valentine yang berani menikahkan pasangan pemuda dan pemudi padahal pada waktu
itu sedang terjadi perang sehingga kerajaan melarang menikah. Karena
pelanggaran tersebut pada 14 februari 270 M
ia dihukum mati maka Valentine dianggap sebagai simbol pembelaan
terhadap cinta dan sayang antar lawan jenis. Perayaan ini akhirnya juga
dikaitkan dengan peringatan dan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi “Supercalis”
setiap tanggal 15 Februari. Perayaan tersebut terus bergeser dimana sekarang
ini orang mengenal Valentine Day sebagai hari kasih sayang dengan berbagi
coklat, pesta valentine, tukar kado, hingga dianggap saat yang tepat untuk
melaksanakan dosa.
Kasih sayang dalam Islam tidak dibatasi hari, ia
harusnya hadir setiap saat dengan cara yang ditentukan oleh syariat, dalam
kasih sayang dengan lawn jenis tidak ada pintu hubungan lawan jenis kecuali
pernikahan dan pernikahan dalam Islam merupakan ibadah dan tidak mengganggu
ibadah lain termasuk berjihad.
Pernah kita mendengar kisah Hanzalah bin Abi Amir. Ia
menikah tepat dimalam sebelum terjadi perang Uhud, walau persiapan perang sudah
dimulai namun kapan akan memulai perang belum ada yang tahu sehingga setelah
pernikahannya ia meminta ijin pada Rosululloh untuk bermalam pertama dengan
istrinya, namun karena takut ia tidak mendapatkan jamaah shubuh maka ia
menikmati malam pertamanya setelah shubuh dan ternyata disaat kondisi yang
masih junub ada seruan untuk berangkat berperang maka tanpa pikir panjang dan
memang dengan perlengkapan yang sudah disiapkan ia memenuhi panggilan jihad.
Perang Uhud menjadi saksi Pasukan Muslim yang hampir memenangkan peperangan
akhirnya kalah yang disebabkan tidak taatnya pasukan pemanah yang diatas bukit
yang supaya terus berada diatas namun karena godaan ghonimah (rampasan perang)
mereka meninggalkan posisinya sehingga pasukan musuh yang mundur berputar
menduduki posisi mereka diatas bukit yang strategis untuk menyerang.
Pada saat kondisi terdesak itulah Hanzalah adalah
bagian dari pasukan yang melindungi Rosululloh dan ia akhirnya syahid setelah
tertusuk tombak musuh. Seusai perang, para sahabat mencari saudaranya yang
lebih dulu menggapai kesyahidan dan mereka mendapatkan salah satunya adalah
Hanzalah yang walau telah gugur dengan berlumuran darah yang mulai mengering namun
tetesan air keluar dari dahinya. Rosululloh bersabda: Sungguh aku melihat
malaikat memandikan Hanzalah bin Amir RA antara langit dan bumi dengan air awan
dalam bejana terbuat dari perak.
Kisah lain adalah Sa’ad As-Sulami atau Julabib seorang
pemuda dari Bani Sulaim yang berkulit hitam. Dan menceritakan kepada Rosululloh
bahwa ia ingin menikah namun banyak wanita yang menolak lamarannya sehingga
Rosululloh memerintahkannya untuk melamar seorang yang cantik putri Amr bin
Wahb atas namanya. Awalnya Amr Bin Wahb menolaknya namun putrinya yang
memintanya untuk menerima lamarannya. Setelah diterima Julabib diperintahkan
untuk menemui Sahabat nabi yang lain seperti Abdurrrahman bin Auf, Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Tholib dan mereka semua membantu dengan harta yang cukup
untuk pernikahannya. Setelah pernikahan dan belum sempat ia bertemu istrinya
dengan harta yang tersisa ia bermaksud untuk belanja memberi hadiah kepada
istrinya, namun saat ditengah pasar ada seruan untuk berjihad, maka ia berkata
“ Ya Alloh, kecantikan istriku tidak sebanding dengan keindahan surga-Mu, maka
aku akan memenuhi panggilan jihad-Mu” maka ia mengembalikan belanjaan yang
sudah dibelinya lalu ia menggantinya dengan membeli baju besi, tameng dan kuda
termasuk penutup kepala hingga hanya matanya yang kelihatan. Ketika berada di
barisan ia berusaha menghindar dari pandangan Rosululloh karena khawatir
Rosululloh memerintahkannya untuk kembali kepada istri yang baru dinikahinya, walau
Rosululloh tetap tahu namun beliau membiarkannya. Ketika peperangan terjadi,
Julabib maju dengan semangat dan lincah. Saat peperangan usai Rosululloh
berkata dimana kekasihku Julabib? Maka para sahabat mencarinya di medan perang
dan mendapatkan Julabib telah syahid dan mayatnya berada diantara 7 mayat orang
kafir. Maka Rosululoh mendekati jasadnya, meletakan kepala Julabib
dipangkuannya serta membersihkan debu yang ada, lantas Rosululloh menangis
kemudian tersenyum dan memalingkan muka. Para sahabat bertanya, mengapa begini
dan begini, maka Rosululloh menjawab aku menangis karena aku akan merindukan
Sa’ad Assulami (Julabib), kemudian aku tersenyum karena ia sudah menunaikan
separuh agamanya (menikah), lalu aku memalingkan mukaku karena aku melihat bidadari
berkumpul dan menghampiri Julabib, sedang gaunnya tersingkap, aku malu
melihatnya karena bidadari itu hanya milik Julabib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar