Selasa, 30 Maret 2010

Hakikat Kebenaran


Perjalanan manusia dalam mencapai kepuasan yang ‘sempurna’ cukup panjang, pelik, dan berliku. Kepuasan itu sendiri sangat relative karena kepuasan itu sendiri dapat ditinjau dari berbagai sudut panjang (kebendaan dan nonkebendaan). Cara memperolehnya pun berbeda, ada yang secara obyektif ada pula yang secara subyektif.
Didorong hasar ingin tahu, maka manusia mempergunakan indera dan kemampuan berpikirnya untuk berusaha mengenal dan memahami segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada disekitarnya. Maka akan muncullah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan yang memuaskan dan berlaku umum pada gilirannya akan menjadi pengalaman yang benar, yang disebut kebenaran. Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.
Secara Fitrah manusia akan mencari kebenaran. Berbagai upaya akan dilakukan untuk mencari sebuah kebenaran. Kebenaran ada berbagai pendangan. Kebenaran macam apa yang sebenarnya kita cari dan kebenaran macam apa pula yang dapat kita jadikan landasan dalam kehidupan kita agar kehidupan yang kita jalani dapat terbimbing menuju jalan keselamatan.
Pandangan tentang kebenaran dibedakan menjadi 3, yakni kebenaran filsafat, kebenaran ilmu dan kebenaran agama.
1. Kebenaran filsafat
Merupakan kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya sesuatu yang mungkin ada. Kebenaran filsafat diterima sebagai pengetahuan yang benar walaupun bukti-buktinya tidak diperoleh dari pengalaman langsung atau konkrit, sebab pemikirannya melampaui pengalaman manusia. Didalam filsafat sendiri terdapat system dan berbagai corak yang masing-masing mencerminkan kebenaran dari sudut pandangnya yang satu dengan yang lain bisa berbeda.
2. Kebenaran ilmu
Kebenaran ini dicari dan dibuktikan dengan persentuhan indera terhadap alam sekitar. Dengan persentuhan ini diterangkan mengapa suatu obyek mempunyai corak demikian atau mengapa obyek tersebut harus bercorak demikian. Seorang ilmuwan harus bekerja secara ilmiah. Sifat ilmiah sebuah ilmu adalah jika sebuah ilmu memiliki obyek, metode, sistematik dan universal. Namun perlu diketahui bahwa ilmu bukanlah hal yang statis namun bersifat dinamis dan bergerak sesuai dengan perkembangan yang dicpai manusia dalam mengungkap tabir alam semesta. Kebenaran ilmu masih senantiasa terbuka untuk diuji. Sesuatu yang dulu dianggap benar sekarang bisa jadi tidak diterima sebagai kebenaran dan sesuatu yang sekarang dianggap benar suatu saat bisa dianggap sebuah kekeliruan jika akhirnya ditemukan bukti-bukti baru yang lebih obyektif. Jadi setiap teori atau hukum pada dasarnya tidak lebih dari hipotesis-hipotesis yang senantiasa dapat diuji kembali.
3. Kebenaran agama
Kebenaran agama adalah pengetahuan yang diterima oleh manusia yang didasarkan pada keyakinan bahwa yang memberikan pengetahuan itu adalah dzat yang terbebas dari kesalahan. Sumber pengetahuan itu adalah Tuhan yang dengan kuasa-Nya telah menumbuhkan iman atau keyakinan mengenai sebuah kebenaran. Kebenaran agam bersifat mutlak atau absolute. Obyektifitasnya dijamin oleh sumber kebenaran itu sendiri sehingga obyektifitasnya itu tidak perlu diragukan lagi. Aagama adalah wahyu atau firman yang penyampaiannya langsung dari sumber kebenaran atau melalui malaikatnya kepada Rosul. Wahyu merupakan penjelasan yang diberikan oleh Tuhan tentang kebenaran yang disampaikan kepada manusia dengan cara yang istimewa.
“Kebenaran itu adalah dating dari Tuhanmu. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu” (Al-quran surat al-baqoroh)

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter