Rabu, 13 Mei 2009

Pesan Untuk Orangtua

Saat sekarang ini adalah saat bagi orang tua yang baru mengikuti ujian akhir sekolah merasa khawatir dan berharap-harap cemas bagaimana hasil pendidikan anaknya disekolah apakah anaknya lulus ujian atau tidak. Dan bagi yang tidak berada ditingkat akhir juga pekan depan akan menghadapi ujian kenaikan kelas sudahkah anaknya siap untuk mengikuti ujian semester dapatkah ia menunjukan prestasi?

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya sukses dalam belajar, untuk itu orangtua harus berusaha mendorong, memotivasi, membimbing dan jangan lupa berdoa untuk kesusksesan anaknya. Orangtua mungkin akan memanggil guru privat, mengikutkan anaknya bimbingan belajar atau les disekolah. Untuk memotivasi anak hendaklah orangtua juga akan memberi hadiah atau istilah kerennya reward termasuk bentuk reward yang sederhana lewat kata-kata hendaklah orangtua tidak pelit untuk memberi sanjungan/pujian atau boso jowone ngalem, hal yang demikian juga akan dapat memotifasi anak dan anak akan merasa dihargai atas pretasi yang telah dicapainya, sekecil apapun.

Kita memang harus memperhatikan pendidikan dan masa depan anak-anak kita. Kita boleh saja mendambakan dan memperjuangkan anak kita kelak menjadi dokter, insiyur, pilot, tentara, dll. Namun adakah perhatian yang sama juga sudah kita berikan terhadap kesuksesan dan kebahagian mereka dikehidupan yang kekal abadi? Kita mungkin banyak memperhatikan kepentingan hidup mereka didunia tetapi bagaimana untuk kehidupan sesudah kehidupan didunia? Kita bangunkan rumah gedung didunia tapi mungkin kita sadar atau tidak sadar malah mengharamkan mereka tinggal dirumah mutiara di akhirat. Orangtua mempersiapkan anak-anaknya pendidikan fisik/materi namun tidak pendidikan ruhani/qolbu/hati yang dengannya justru anak kita akan bahagia.
Coba apa yang Bapak akan lakukan dan bagaimana perasaan bapak-bapak ketika anak Bapk terlambat mengikuti ujian nasional, bukankah berbagai upaya akan Bapak lakukan agar anak Bapak dapat mengikuti ujian tersebut dengan baik dan tepat waktu. Namun bagaimana ketika anak bapak tidak atau telat melaksanakan sholat? Memang baik sekali apabila bapak telah sering menanyakan kepada anak-anak kita bagaimana pelajarannya disekolah dapatkah ia mengikuti dan menjawab ujian? Namun sering pulakah kita menanyakan urusan agama anak-anak kita? Sudah sholatkah mereka? Siapakah teman-teman mereka? Kita mungkin sering menyuruh mereka banyak membaca buku dan belajar, namun sudah sering pulakah kita menyuruh mereka membaca al-qur’an dan mengaji?

Kita mungkin akan sedih jika anak-anak kita tidak bisa mengikuti pelajaran atau ujian namun sudahkan kita juga sedih ketika melihat mereka meningggalkan kewajiban dan sunnah agama? Kita mungkin akan melarang mereka banyak nonton TV dan mengurangi bermain karena kita khawatir mereka tidak konsentrasi atau terganggu belajarnya dan sukses ujiannya? Tetapi sudahkah kita perhatian terhadap ujian yang akan mereka hadapi, ujian akhir yang tidak mengenal ujian susulan, yang tidak bisa diulang? Yang ada hanya berhasil atau gagal. Berhasil berarti dinegeri kebahagiaan abadi yaitu syurga dan gagal berarti dijebloskan ke tempat penuh derita yaitu neraka. Na’udzubillah.
Mereka hanya akan berteriak seperti tertulis dalam Q.S Al-Haqqoh: 25-29):
Wahai alangkah baiknya sekiranya tidak diberikan buku catatanku ini. Dan aku tidak mengetahui hisab terhadap diriku. Sekiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberikan manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaan dariku

Jadi disana tak ada artinya kekuasaan, tak ada gunanya ilmu dunia juga ijazah-ijazah. Semua telah hancur yang ada adalah kerugian dan adzab. Sungguh tak ada artinya kegagalan ujian didunia dibanding kegagalan di akhirat. Kami tidak menganjurkan untuk tidak memperhatikan urusan dunia anak-anak kita, TIDAK tetapi sesungguhnya akhirat itu lebih utama untuk diperhatikan, lebih berhak untuk dikejar dengan usaha keras dan amal nyata.
Kaum muslimin sidang jum’at yang semoga dirahmati Alloh,
Dalam Q.S AT-Tahrim : 6 Alloh SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”

Oleh karena itu kita harus memperhatikan pendidikan agama generasi penerus kita, sempatkanlah untuk mengajar mereka nilai nilai agama dirumah jika mampu datangkan guru mengaji khusus untuk mengajar mereka al-quran dan ilmu agama. Jika tidak paling tidak kita harus menyuruh mereka untuk mengikuti TPA, ajak mereka sering menghadiri pengajian, sering ajak mereka berjamaah di masjid/ mushola. Jangan lupa terus memotifasi mereka agar terus istiqomah, termasuk beri penghargaan mereka dengan hadiah dan pujian jika mereka telah mau melaksanakan ajaran agama. Masukan mereka ke pondok pesantren atau sekolah yang dapat membimbing mereka lebih mengenal Alloh dan nilai-nilai ajaran Islam.
Dan jangan sampai malah kita memilih sekolah non Islam karena mereka juga punya misi untuk mendangkalkan aqidah Islam agar lebih mudah dibawa ke agama mereka.

Takutlah kepada Alloh atas orang-orang yang berada dibawah kepemimpinanmu. Kita bertanggungjawab terhadap mereka dihadapan Alloh. Jika kita memberikan mereka berada dalam keburukan berarti kita telah mengkhianati mereka.

Rasululloh SAW bersabda : ”Tidaklah seorang pemimpin yang disuruh memimpin bawahannya lalu meninggal dan saat meninggal dalam mengkhianati bawahannya kecuali Alloh mengharamkan surga atasnya”.

Wahai kita renungkan wasiat Lukman kepada anak kesayangannya yang terdapat dalam Q.S. Lukman : 12 – 19. Adakah ia mewasiatkan urusan dunia? Adakah ia mewasiatkan soal harta atau perhiasan? Tidak, tetap ia menyeru anaknya kepada sesuatu yang membawanya kepada kehidupan bahagia dan menyelamatkan dari siksa pedih di akhirat. Ia melarang anaknya melakukan syirik kepada Alloh, ”Karena sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang besar”. Ia mewasiatkan puteranya agar kembali kepada Alloh, menegakkan shalat, sabar atas berbagai ujian-Nya, serta melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Selanjutnya ia juga menunjukan akhlak yang mulia, tidak sombong tetapi juga tidak rendah diri, sederhana dalam berjalan dan tidak terlalu keras bila berbicara, sebab seburuk-buruk suara adalah suara keledai.
Itulah hamba Alloh, beberapa wasiat seorang ayah yang sangat mencintai puteranya. Apakah wasiat yang sama telah kita berikan kepada anak-anak kita?

Ketahuilah, sesungguhnya surga Alloh nilainya jauh lebih mahal dibanding kenikmatan dan perhiasan dunia. Ajarkanlah kepada anak-anak ita bahwa keberhasilan sesungguhnya adalah mengekang hawa nafsu untuk mencapai kerdhoan Alloh. Pahamkan kepada mereka bahwa kebahagiaan sejati alah dalam hal taqwa kepada Alloh dan taat kepada-Nya. Dan ketahuilah, bahwa tak seorangpun bisa lolos dari peristiwa besar pada hari kiamat, dimana saat itu, dihadapan Alloh mereka akan berkata”Ambilah hak kami dari ayah kami yang dzalim ini karena dia membiarkan kami sehingga tidak melakukan amalan yang Engkau ridloi. Dia mendidik laksana binatang dan menjerumuskan kami dalam kebinasaan” lalu jawaban apa yang akan kita berikan dipengadilan Tuhan tersebut?"

Karena itu marilah kita mengikuti aturan Alloh terutama dalam urusan anak-anak kita, didiklah mereka dengan sebaik-baiknya, jagalah mereka dari kerugian dan kehancuran, selagi masih ada kesempatan, selagi nyawa kita masih dikandung badan, sebelum kelak datang suatu hari dimana tak lagi berguna segala sesuatu, yang ada hanya penyesalan.

(Disarikan dari berbagai sumber untuk khutbah jumat oleh Sismanan)

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter