Selasa, 12 Mei 2009

Guru dan Film Laskar Pelangi

Setelah melihat Film Laskar Pelangi yang berkisah tentang dunia pendidikan, maka selaku guru ada beberapa hal yang dapat diambil pelajaran, dan sebagai evaluasi bagi kita dalam mendidik. Hal-hal tersesebut antara lain akan saya tulis dalam uraian dibawah ini (yang hal tersebut mungkin akan berbeda dengan anda atau orang lain)

Pesan pertama yang saya tangkap adalah bahwa keeterbatasan bukan halangan untuk berprestasi, terkadang kita melihat sebagian guru yang mengeluh dengan fasilitas yang ada pada sekolahnya. Hal tersebut lantas menjadi alasan ketika tidak ada prestasi disekolah tersebut. Sebenarnya bagi orang yang memiliki semangat justru keterbatasan akan melahirkan kreatifitas dan kemandirian. Lihatlah orang-orang yang memiliki keterbatasan pandangan justru akhirnya terasah kemampuan meraba dan pendengarannya daripada orang yang normal. Dan banyak juga anak yang justru memiliki fasilitas karena tidak adanya pengarahan dari pendidik dan justru dininabobokan atau dimanjakan oleh fasilitas yang ada menyebabkan mereka kurang adanya tantangan sehingga kurang kreatif dan menyebabkan mereka justru tidak siap hidup mandiri dikehidupan sehari-hari, terutama setelah ia dewasa.

Kecerdasan bukan dinilai dengan angka-angka dan bukan pula diukur dengan materi keduniaan tapi diukur dengan bagaimana anak didik memiliki hati yang bersih, akhlaqul karimah dan sikap positif terhadap kehidupan disinilah perlu dikembangkan ketrampilan tentang hidup (lifeskill). Maka ketika kita melakukan penilaian terhadap siswa, hal perlu diperhatikan adalah bagaimana kepribadian anak didik kita dan bagaimana agar dalam penilaian lebih banyak ke penilaian proses. Inilah yang sepertinya telah luntur dari system pendidikan di Indonesia, pendidikan kita lebih memandang keberhasilan pada nilai angka dan secara kognitif saja sedang sikap dan ketrampilan serta proses pendidikan belum diukur pada proporsi yang selayaknya. Akibatnya masyarakat kita sering hanya mengejar nilai yang tinggi dengan menghalalkan segala cara untuk memperolehnya seperti melakukan kecurangan saat ujian atau menyontek yang dilakukan oleh siswa dan pelaku pendidikan termasuk didalamnya guru.

Setiap anak memiliki keistimewaan dan kemampuan yang berbeda-beda; ada yang memiliki kecerdasan matematis, kinestetis, musical, bahasa, spiritual, emosional, dll. Maka pendidik harus menghargai dan memperlakukan anak sesuai dengan kemampuannya. Janganlah membanding-bandingkan satu anak dengan anak lainnya, karena pada dasarnya Alloh menciptakan setiap makhluk-Nya secara unik berbeda satu dengan lainnya. Jangan pernah pula menganggap bahwa anak didik kita bodoh dan tidak memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan. Karena yang demikian akan berpengaruh terhadap bagaimana perlakuan kita terhadap siswa kita dan akhirnya juga berpengaruh terhadap kejiwaan peserta dan proses belajar mengajar.


Pendidik harus mampu memanfaatkan apapun potensi diri dan lingkungan sebagai media pembelajaran. Pemanfaatan media alam sesuai dengan pembahasan dan peristiwa. Habis hujan ada matahari terbentuklah Pelangi. Guru IPA yang sering ke alam dan praktek serta mengamati lingkungan. Guru IPS, sering mengamati fenomena social dan sangat penting pemanfatan media pembelajaran seperti: peta, gambar, taperecorder, HP, Televisi, CD, Film, computer/laptop/internet, gambar, batu dan apa saja. Membawa anak-anak pembelajaran diluar kelas, ke aula, halaman, lapangan, pinggir sungai, kepasar, kemuseum, masjid,d.l.l. Tapi sebagian dari pendidik tidak mau repot-repot, justru apa yang sudah ada saja tidak dimanfaatkan secara maksimal; alat peraga dibiarkan rusak tersimpan dilemari, alat-alat laboratorium dibiarkan penuh dengan debu.

Beri kepercayaan anak dan libatkan ia dalam proses perencanaan kegiatan. Jangan menganggap anak kita bodoh, mereka punya kemampuan dan pengalaman yang mungkin bisa lebih pandai dari orangtua atau gurunya dalam hal-hal tertentu. Dengan memberikan kepercayaan kepada anak maka anak juga akan tumbuh rasa percaya diri, kreatif, inovatif dan mandiri. Maka anak akan berusaha untuk mewujudkan harapan orangtua atau gurunya.

Ajari anak untuk mau bermimpi dan bercita-cita tinggi. Mimpi, harapan dan cita-cita ibarat tujuan dalam sebuah perjalanan. Bila kita melakukan perjalanan tanpa mengetahui kemana tujuan perjalanan kita maka perjalanan kita menjadi sebuah perjalanan yang tanpa arah dan tujuan (glandang). Jika perjalanan kita tanpa tujuan maka kita kurang memiliki semangat dan perjalanan kita sehingga kita pun tidak mendapatkan apa-apa dari perjalanan kita.

Lebih penting lagi ajari anak kita untuk mau berani mengejar mimpi dan cita-citanya. Ajari anak bahwa hidup ini adalah perjuangan. Barakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian. Barangsiapa yang mau melakukan perjuangan dan mau bersakit-sakit, bersusah-susah dalam perjuangan maka dimasa depannya makorang tersebut Insya Alloh akan menikmati hasil perjuangannya. Alloh tidak akan menyia-nyiakan amal perjuangan hamba-Nya.
Untuk menggapainya pasti ada rintangan tapi berusahalah sekuat tenaga, kalaupun tidak berhasil, yakinlah bahwa Alloh punya kehendak lain yang terbaik buat hamba-Nya dan Alloh akan menilai seberapa besar usaha kita untuk menggapai cita-cita kita tersebut. Berbaiksangkalah (huznudzon) kepada Alloh.

Dalam A-quran Alloh menyatakan “barangkali kamu mencintai sesuatu padahal itu berakibat buruk bagimu dan barangkali kamu membenci sesuatu padahal itu berakibat baik bagimu”.

Kalau kita jadi guru atau orangtua janganlah mau jadi guru atau orangtua yang biasa-biasa saja, tapi jadilah guru/orangtua yang luar biasa sebagaimana sosok Bu Guru Muslimah. Bagaimana supaya kita dapat menjadi orangtua/guru yang luar biasa maka tergantung kepada dasar dan motivasi yang ada pada diri kita. Dan dasar serta motivasi terbesar adalah karena iman dan mengharap ridlo Alloh. Karena orang yang melakukan amal termasuk mendidik karena mengharap balasan dari makhluk maka lebih banyak akan mendapatkan kekecewaan karena sifat makhluk yang banyak tidak tahu membalas budi, lupa, khilaf. Tapi kalau kita mendidik karena mengharapkan ridlo Alloh dan dalam rangka beribadah pada-Nya, maka Dia tidak akan mengecewakan hamba-Nya dan balasan dari Alloh akan kita dapatkan didunia ataupun di akhirat.



Kekuatan dibentuk oleh iman bukan oleh jumlah. 313 tentara muslim dapat mengalahkan ribuan tentara kafir karena kekuatan dan semangat meraih ridlo-Nya. Kekuatan yang dibentuk oleh iman dapat mengalahkan halangan sebesar apapun, tidak mudah mengeluh hanya karena sesuatu yang bersifat keduniaan, karena balasan Alloh lebih besar dari hanya sekedar urusan materi, tapi materi keduniaan pun biasanya akan mengikuti bagi orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh atau professional (itqon) dengan pekerjaannya.

Beranilah untuk menulis karena dengan tulisan yang kita buat maka ide dan pemikiran kita dapat dikenang dan memberikan manfaat untuk orang lain. Menulis merupakan cara untuk mengeluarkan ide dan gagasan kita agar diketahui oleh orang lain. Dengan menulis maka oranglain dapat mengetahui pesan-pesan kita. Termasuk dalam dakwah maka menulis merupakan sarana dakwah yang cukup efektif untuk mengajak orang kejalan Islam. Dan didalam Islam kita telah diajarkan oleh para sahabat dan ulama terdahulu kita yang rajin menulis kitab-kitab sehingga ilmunya bermanfaat untuk oranglain dan generasi berikutnya. Bahkan sekarangpun kalau kita pintar menulis maka merupakan jalan untuk mendapatkan uang yang tidak sedikit jumlahnya.

Jangan percaya kepada dukun karena ia lebih banyak bohongnya dan merupakan perbuatan syirik yang termasuk dossa besar. Innasyirka ladhulmun ngadhim. Namun didalam memberikan pengarahan kepada anak didik harus secara bijak, seperti yang disarankan oleh Pak Arfan untuk mendampingi anak-anak ketika mereka lagi tertarik pada dunia perdukunan. Mampukah kita untuk mendampingi anak kita ketika mereka sedang dalam permasalahan perdukunan.
Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan jangan mau meminta sebanyak-banyaknya. Dimanapun kita berada berusahalah agar kita termasuk orang-orang yang bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi lingkungan kita. Janganlah kita hanya menuntut hak kita namun berusahalah untuk menunaikan tugas dan kewajiban kita. Mari kita melakukan tugas kita untuk mendidik sebagai sebuah jalan untuk berbuat dan berbakti kepada masyarakat dan bangsa kita yang memerlukan pendidik yang siap berjuang dibidang pendidikan. Janganlah kita menjadi guru yang hanya mengharpkan bayaran dan gaji bulanan tapi sepi dari aktifitas yang terkait dengan tugas kita selaku pendidik.


Pendidikan agama dan budi pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kalau sekolah hanya terpaku pada kurikulum tanpa kreatifitas untuk mendesain sesuai dengan kebutuhan realita dilapangan dan terutama dalam pendidikan mental spiritual atau agama yang diarahkan bukan sekedar pengetahuan tapi diarahkan pada pemahaman dan pengamalan, maka kehidupan sekolah hanya berisi rutinitas untuk memenuhi standar yang ada pada kurikulum yang melangit dan lebih banyak berisi tuntutan yang bersifat pngetahuan, yang tidak semuanya sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat serta nilai agama.

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter