Jumat, 19 Februari 2010

Khutbah Jumat: Kurangi Zat Aditif Makanan

Innalhamdalillah nahmaduhu wanastanginuhu wanastaghfirugh wana’udzubillahi minsyuruuri anfusina wasyayiati a’malina mayyahdillahu falamudhilalah wamayyudlilfalahadiyalah
Asyhaduallailahaillalloh wahdahulaysarikalah waasyhaduannamuhammadan ‘abduhu warosuluh
QOLALLOOHU TA’ALA :
“YAA AYYUHANNASUTTAQU ROBBAKUMULLADZII KHOLAQOKUM MINNAFSIWWAKHIDAH WAKHOLAQOMINHA ZAUJAHA WABATSAMINHUMA RIJAALANKASTIROWWANISAA WATTAQULLOOHALLADZII TASYA ALUNABIHII WALARKHAM INNALLOOHAKAANA NGALAIKUM ROQIIBA”
“YAA AYYUHALLADZII NAAMANUTTAQULLOOHA WAQULU QOULAN SYADIIDA YUSLIHLAKUM A’MALAKUM WAYASFIRLAKUM DZUNUBAKUM WAMAYYUTINGILLAHA WAROSULAHU FAQODFAZA FAUZAN ‘ADHIMA”
Jama’ah jum’at rahimakumulloh,
Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan kenikmatan kepada kita semua yang tiada terhingga terutama nikmat terbesar dalam hidup kita berupa iman dan Islam yang masih dan akan kita jaga dan pelihara agar ia dapat menghantarkan kita kepada kesuksesan kehidupan didunia dan juga diakhirat serta meraih kenikmatan terbesar diakhirat yaitu menatap wajah Alloh dan Alloh pun tersenyum menyambut kedatangan kita. Amin Ya Robb.
Atas semua nikmat tersebut sudah seharusnya sebagai hamba-Nya kita harus bersyukur dan wujud syukur seorang hamba adalah dengan melakukan ketaatan dan beribadah kepada-Nya.
Kenikmatan Alloh yang lain yang perlu kami sampaikan adalah kenikmatan berupa rizki yang berlimpah kepada kita semua manusia sebagai khalifah Alloh di bumi. Kita bisa melihat bahwa karena curahan nikmat-Nya dan karena olah akal dan budidaya manusia maka manusia sudah hidup dengan fasilitas yang semakin mudah dan canggih, termasuk dalam hal kebutuhan pangan maka manusia secara umum lebih tercukupi dari sisi jumlah dan maupun jenisnya yang semakin bermacam-macam.
Alat-alat yang dulu tidak ada sekarang sudah ada dinikmati oleh kita, televisi yang dulu sekampung cuma ada satu sekarang sudah hampir semua rumah ada, sepeda motor yang dulu hanya bisa dibeli segelintir orang sekarang hampir semua keluarga memilikinya. Maka sekarang sudah jarang orang yang mau jalan kaki Kedungwuluh Patikraja apalagi Kedungwuluh Purwokerto kecuali karena olahraga karena merasa kurang jalan kakinya. Telepon yang dulu tidak ada sekarang hampir semua orang punya dan hal-hal lain yang dapat kita lihat sendiri-sendiri.
Dalam hal makanan yang merupakan kebutuhan dasar manusia maka kita juga bisa melihat perkembangan yang cukup bagus yang harus kita syukuri bersama. Kalau jaman dahulu orang kerja seharian membanting tulang saja banyak yang tidak bisa memenuhi kebutuhan makan sehari 3 kali. Banyak orang yang dulu harus makan hanya 2 kali saja karena tidak ada makanan dan juga makan nasi campur jagung atau tiwul atau makanan tradisional lainnya seperti oyek, intil, gatot, grontol dan lain sebagainya. Itu juga dengan lauk seadanya atau malah hanya pakai garam, jlantah atau ampas kelapa. Makan daging kalau lebaran, nyadran atau kepungan saja itu pun satu dan potongannya kecil untuk rebutan orang serumah.
Buah-buahan juga walaupun ada tidak sebanyak sekarang, dulu kalau orang ingin makan buah, banyak yang mau nutur buah yang jatuh atau buah yang masih pentil atau mentah, tapi sekarang jarang yang rebutan nutur rambutan dukuh atau pakel.
Maka menurut kami tidak benar juga teori ekonomi Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk itu seperti deret ukur sedangkan pertumbuhan makanan seperti deret hitung. Pertumbuhan penduduk seperti deret ukur artinya pertambahannya lebih cepat karena kalau kita mengukur maka setelah mengukur maka ukuran kita dapat dipakai untuk mengukur yang diukur berikutnya jadi pertambahannya 1,2,4,8,16, dst. Sedangkan pertumbuhan bahan makanan seperti deret hitung hanya bergerak 1,2,3,4,5 sehingga kalau dibiarkan akan terjadi kekurangan makanan atau kelaparan. Sesungguhnya manusia dengan akalnya dapat mengolah bumi ini dengan semakin produktif dan efisien. Contoh dalam hal pertanian maka orang sekarang dapat mengolah sawah yang terbatas dengan menghasilkan panen yang lebih banyak dan cepat karena penggunaan benih unggul dan pengolahan lahan yang menggunakan ilmu.
Berbicara tentang makanan maka sangat terkait dengan kesehatan. Kita dapat melihat juga jaman dahulu orang pada sehat-sehat dan tidak banyak penyakit yang macam-macam. Kalaupun sakit paling batuk pilek lalu cukup diobati dengan obat tradisional maka juga akan sembuh tapi sekarang justru penyakit bermacam-macam. Hal tersebut antara lain karena orang jaman dahulu masih menggunakan bahan-bahan yang alami sehingga lebih sehat. Kalau penyakitnya orang dahulu biasanya karena kekurangan makanan tapi penyakitnya orang sekarang adalah karena berlebih2an contohnya penyakit kolesterol tinggi atau jantung. Oleh karena itu pula Alloh memerintahkan kita agar tidak makan berlebih-lebihan. Begitu pula Rosululloh mengingatkan kita agar berhati-hati dengan perut atau makanan karena ia adalah sumber penyakit. Atau penyakit sekarang itu karena tidak seimbang dalam mengkonsumsi makanan atau karena masuknya zat lain yang seharusnya bukan untuk dimakan tapi masuk beserta makanan yang kita makan.
Zat lain dalam makanan itulah yang biasa disebut zat aditif. Zat aditif itu dapat berupa pengawet, perasa, pewarna ataupun pengembang makanan. Orang sekarang inginnya makanan yang segar, murah dan mudah disajikan sebagai tuntutan zaman yang makin praktis. Tuntutan kepentingan ekonomi dan semakin kompleksnya permasalahan pangan diikuti dengan pertumbuhan bahan-bahan kimia sebagai zat tambahan dalam makanan. Penggunaan pengawet bertujuan untuk memperpanjang waktu kadaluarsa bahan pangan, meningkatkan aroma , penampilan lebih menarik dan harga produksi lebih murah. Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan sangat menguntungkan produsen. Selain itu, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar, yang akan menarik konsumen untuk membeli produk olahan tersebut (Boedihardjo dalam Widianti, 2007). Pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih murah. Akan tapi, penambahan bahan pengawet ini mempunyai kelemahan yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogenik yang dapat meragsang terjadinya penyakit kanker pada manusia. Penggunaan pengawet sintesis akan membawa dampak negatif misalnya formalin dan borak yang sering dipakai dalam makan seperti bakso, mie ayam, tahu, daging dan makanan lain lambat laun sedikit demi sedikit akan menjadi masalah tersendiri bagi yang mengkonsumsinya.
Begitu pula penggunaan penyedap rasa kimia sintetis yang saat ini tidak terkendali juga sebenarnya sangat berbahaya karena menumpuk zat berbahaya yang masuk kedalam tubuh kita. Kita yang sudah tahu bahayanya terkadang ngeri ketika melihat orang bikin gorengan atau sambalpun sekarang banyak yang memakai penyedap atau micin. Begitu pula kita ngeri ketika melihat anak-anak makan jajanan yang banyak pengawet, perasa dan juga pewarna yang bermacam-macam.
Perkembangan industri pangan yang memberikan perubahan baik secara kualitatif atau kuantitatif pada makanan menyebabkan perkembangan dalam bahan makanan maju pesat, baik itu untuk pengawet, perasa, tekstur/warna dari makanan. Kita tidak dapat menghindari dari perkembangan teknologi tersebut tapi kita bisa meminimalisir bahan-bahan tersebut masuk kedalam tubuh kita.
Akhir-akhir ini, pelaku konsumen lebih cenderung menggunakan suatu bahan tambahan yang murah dan menghasilkan produksi yang banyak, dibandingkan dengan bahan tambahan kimia yang aman bagi tubuh. Mereka cenderung menggunakan bahan sintesis dibandingkan menggunakan bahan alami. Batasan-batasan tersebut dilanggar oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan produksi secara cepat
Dalam Islam kita diperintahkan untuk makan makanan yang halalan toyiban. Ayat al-Quran yang memerintahkan antara lain surat Al-Baqoroh ayat 168:
 ••                
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Selain itu itu juga tercantum dalam Surat An-Nahl ayat 114 yang diteruskan dengan mengingatkan kita agar bersyukur:
             
114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.


Halalan berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Atau diartikan sebagai segala sesuatu yang bebas dari bahaya baik untuk dimensi kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Sedangkan kata thayyib berarti lezat, baik, sehat, menentramkan dan paling utama. Dalam konteks makanan/minuman kata thayyib berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluarsa), atau bercampur benda najis. Ada juga yang mengartikan sebagai makanan/minuman yang mengundang selera bagi yang akan mengkonsumsinya dan tidak membahayakan fisik serta akalnya. Juga ada yang mengartikan sebagai makanan yang sehat, proporsional, bergizi dan aman.
       •       “Dan
88. dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. al-Maidah: 88)
Ayat ini memerintahkan manusia untuk mengkonsumsi makanan/minuman dalam konteks ketakwaan pada saat menjalankan perintah konsumsi makanan. Supaya manusia berupaya untuk menghindari makanan/minuman yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman.
Oleh karena itu kiranya perlu dikampanyekan “back to nature” kembali ke alam termasuk dalam makanan mengoptimalkan bahan-bahan alami yang lebih mudah diterima tubuh kita untuk digunakan sebagai pengawet dan penyedap makanan walaupun hal tersebut cukup sulit karena penggunaan bahan kimia di lingkungan masyarakat sudah sedemikian tergantung kepada bahan-bahan kimia tersebut dalam membuat makanan dan telah menjadi kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat kita karena memang hasil yang lebih baik sebagai pengawet, praktis dan biaya yang relative lebih murah serta karena dampaknya yang tidak langsung dirasakan dalam waktu dekat.
Mengkonsumsi, memproduksi makanan/minuman yang halalan thayyiban sangat erat kaitannya dengan masalah iman dan takwa. Keterikatan ini telah Allah SWT tegaskan dalam surat al-Maidah: 88.
Selain kita diperintahkan untuk memakan makanan yang halal, ayat tersebut juga memerintahkan untuk kita berhati hati memilih makanan juga bagaimana kita mendapatkannya, sedangkan bagi produsen masalah keimanan dan ketakwaan ini dapat dihubungkan dengan bagaimana makanan tersebut di buat, karena makanan ini nantinya dikonsumsi oleh masyarakat luas, sehingga tanggung jawab secara moral pada diri sendiri dan lingkungan serta pada Allah menjadi hal yang sangat utama.
“Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di antara keduanya ada hal-hal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya.” (Muslim)
Dalam konteks status hukum, mengkonsumsi suatu makanan, selama tidak ditemukan dalil yang akurat ataupun indikasi kuat yang dapat dikategorisasikan ke dalam salah satu jenis yang diharamkan Allah, maka seharusnya kita kembali kepada hukum asal, yakni halal atau mubah.
Allah telah menjelaskan secara jelas dan tuntas semua yang halal maupun yang haram. Dari sini para ulama menyimpulkan kaidah bahwa prinsip dasar makanan adalah halal, kecuali bila terdapat larangan dari nash (Al-Qur’an dan Sunnah). Di antara faktor-faktor dan unsur-unsur kandungan yang dapat mengharamkan makanan di antaranya:
Dipastikan dapat menimbulkan dharar (bahaya) bagi fisik manusia. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah: 195)
            •    
195. dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak dibolehkan melakukan sesuatu yang membahayakan (dharar) diri sendiri dan orang lain (dhirar).” (Ibnu Majah dan Ahmad.). Beliu juga bersabda, “Barangsiapa yang mereguk racun lalu membunuh dirinya sendiri, maka racunnya akan tetap berada di tangannya seraya ia mereguknya di neraka Jahannam selama-lamanya.” (Bukhari)
Barokallohu liiwalakum fil quranilkarim wanafa’ani waiyyakum bima fiihi minal ayati wadzkrilhakim wataqobbalalloohu minna wamingkum tilaawatahu innahuhuwassami’ul ‘alim. Waqurrobbighfir warham waanta khoiruuroohimin.








Khutbah ke 2 :

Alhamdulillahilladzi arsalaarosulahu bilhuda wadinilhaq liyudzhirohu ‘ala dieni kullih wakafaa billaahi syahida.
Asyhadu ala illa haillalloh waasyhaduanna muhammadar rosululloh. Allohumma sholi’ala Muhammad wa’ala ali muhammad kama sholaita ngala ibrohim waali ibrohim wabarikngala muhammad wangala ali muhammad kamabarokta ngala ibrohim waali ibrohim innaka hamiidummajid.
YA AYYUHALLADZI NA AAMANUTTAQULLOOHA HAQQO TUQOTIH WALAA TAMUUTUNNAA ILLA WA ANTUMMUSLIMUN.
Alloh telah memberikan kepada kita banyak kenikmatan dan Alloh memerintahkan kepada kita agar menjadi orang yang mau bersyukur. Al-Qur’an telah menyerukan kita untuk mengkonsumsi makanan yang bersifat halal dan toyyiban. Halal dan haram telah ditetapkan oleh Alloh sedangkan masalah toyyiban lebih terkait dengan nilai kemanfaatan dan kemudharatan. Kebutuhan akan pangan pada dewasa ini makin meningkatkan pula teknologi pangan guna memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan makanan yang segar, siap saji dan menarik. Untuk memenuhi tuntutan itu semua digunakan senyawa kimia sebagai bahan aditif makanan. Pemakaian senyawa kimia dalam makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit apabila digunakan dalam jumlah berlebihan.Oleh karena itu kita harus mengurangi penggunaan zat-zat aditif yang bersifat kimia. Lebih baik ditingkatkan penggunaaan bahan-bahan alam untuk digunakan sebagai pengawet makanan alami agar tubuh kita dapat terjaga kesehatannya.
Semoga Alloh yang maha kuasa memberi petunjuk dan berkah-Nya kepada kita agar. Amin
Alhamdulillahi robbil’alamin
Allohummaghfir lilmukminiina walmukminat walmusliminawal muslimat al ahyai minhum wal amwat innaka sami’ummujibdda’wat.
Robbana lazighquluubana ba’daidzhadaina wahablana milladungkarohmah iinaka anntalwahhab
Robbana dholamna amfusana waillamtaghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin
Robbana hablana minazwazina wadzurriyatina qurrota a’yun waj’alna lilmuttaqiina imaamah.
Robbana aatina fiddunya khasanah wafil akhiroti khasana waqinaa ‘adzabannar
Subhanarobbika rabbil ‘izzati ‘amma yasifuun wasalamun ‘alal mursalin walhamdulillahi robbil ‘alamin.
Waladzikrulloohu akbar

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter