Rabu, 17 April 2013

ASRAMA GRATIS DI MASJID



Minggu ini dua kali saya piket sebagai panitia UN SMA/MA subrayon 1 di SMA 2 Purwokerto; sekolah dimana saya 20 tahun yang lalu menimba ilmu. Sekolah dimana saya juga belajar berorganisasi terutama di Rohani Islam dimana saya pernah menjadi ketua satu dan saya belajar untuk bergelut di dunia dakwah. Dimanapu kita berada sebagai seorang muslim tentu ketika waktu sholat tiba akan mencari masjid, maka saat piket itu dan waktu sholat tiba saya mendatangi mushola yang dulu menjadi basecamp kegiatan rohis. Ternyata tidak setiap waktu ada adzan dan sering tidak adzannya daripada ada adzannya. Ternyata memang tidak ada yang tinggal diruang sekretariatnya sehingga saya bertanya apakah anak-anak sekarang sudah tidak ada yang mau tinggal dan tidur di masjid?

Ketika aku kecil mulai usia SD, anak laki-laki hampir sebagian besar tidurnya dimasjid; kecuali anak orang kaya yang dimanjakan yang tidak boleh tidur dimasjid. Meski tidak semua aktifitas yang mereka lakukan dimasjid adalah aktifitas yang baik  karena terkadang dimasjid pulalah dulu kami biasa merencanakan aksi pencurian buah-buahan terutama yang pemiliknya pelit. Namun setidaknya di masjid mereka biasa mengaji dan sholat shubuh berjamaah meskipun juga dengan susah payah dibangunkan. Selain itu mereka terbiasa dengan kondisi yang prihatin karena biasa tidur hanya berbekal sarung dan  tak beralaskan apapun kecuali lantai yang dingin adalah hal yang biasa karena cuma ada tikar kecil yang hanya diperebutkan banyak anak yang akhirnya hanya dikuasai oleh yang besar-besar.

Saat SMA, beberapa temanpun masih tinggal di masjid terutama yang rumahnya diluar kota, Saya walaupun rumahnya dipinggir kota namun tetap harus naik angkot yang terkadang ketik kondisi pailit dan saya tidak punya uang maka saya juga  tinggal di masjid untuk meringankan biaya karena jika mau di masjid maka kita dibantu makan tiap hari dan juga diberi uang jajan karena kita membantu menjaga masjid dan ikut mengajar anak-anak.

Pada waktu kuliah di Semarang, saya hidup bersama dengan teman-teman yang biasa dalam kesederhanaan dan juga tinggal dimasjid atau TPQ. Bersama teman-teman IMM saya pernah tinggal di sebuah TPQ bernama Ibnu Sina dibawah asuhan seorang Dosen pembimbing bernama Bapak Anwar Sutoyo yang bangunannya hanya berupa rumah dari kayu yang tidur hanya dengan menata kursi dan tikarnya tanpa ada kasur selama 3 semester. Di gedung TPQ ini IMM secara rutin ngaji dibawah bimbingan dosen tersebut. Teman-teman IMM lainnya ada yang tinggal di masjid AT-Taqwa Patemon yang merupakan basecamp IMM dan juga ada yang tinggal di masjid Kapling sebuah masjid yang baru didirikan disebuah alas yang pada waktu itu baru ada beberapa rumah disekitarnya.

Saya juga pernah menjadi penjaga masjid, muadzin dan sekaligus pengajar TPQ di sebuah masjid bernama Al-Iman dimana ketua takmirnya adalah bapak Anwar Haryono salah seorang Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Gunung Pati Semarang. Letaknya cukup jauh dari kampus namun disinilah selain kost gratis bahkan dibayar , belajar menjadi ustadz TPQ juga khotib jumat serta belajar bermasyarakat. Bukan Cuma kost gratis tapi juga makan gratis karena sudah ada ibu2 tua yang setiap hari rutin ngantar makanan. Jamaah yang lainnya juga karena kita menyatu dengan masyarakat maka ketika ada acara apapun makan kita juga diundang atau dikirimi makanan. Bukan cuma pas ada acara; sering juga orangtua yang anaknya diajar di TPQ itu datang dan mengantar bingkisan sebagai ucapan terimakasih kepada Ustadznya. Disini kita jadi sudah biasa dipanggil ustadz walaupun masih muda. Selain mengajar TPQ juga mengajar les pelajaran umum dimana saya datang kerumah maka otomatis ada tambahan pemasukan lagi.

Sekarang saya menjadi kepala Madrasah Aliyah Muallimin Muhammadiyah Purwokerto, sebuah sekolah kecil di jantung kota Purwokerto di tengah sekolah-sekolah besar dan favourit yang ada di kota pendidikan ini. Sebuah madrasah milik persyarikatan Muhammadiyah yang telah memiliki akar kuat sebagai sekolah kader dakwah yang telah banyak melahirkan aktifis dakwah meski muridnya tidak banyak. Dulu sebelum ada istilah boarding school Muallimin Muallimat Muhammadiyah Purwokerto sudah menerapkannya pada sebagian besar siswanya, bagi putri diasramakan di sekolah dan juga panti asuhan dan bagi putra diasramakan di masjid-masjid di kota Purwokerto.

Mengingat simbiosis mutualisme antara pihak madrasah yang membutuhkan siswa dan masjid yang membutuhkan penjaga dan pengajar TPQ serta penggerak remaja masjid maka salah satu program unggulan yang ingin kami tawarkan adalah berasrama di masjid bagi putra dan bagi putri di asrama yang ada disekolah. Telah ada beberapa masjid yang menyatakan kesediaanya untuk ditempati dan sekaligus membiayai sekolah anak MAM Purwokerto. Program ini juga memberikan jaminan akan aktifnya remaja masjid/TPQ di masjid yang bersangkutan, jika mereka belum mampu menghidupkan TPQ atau remaja masjidnya maka tidak ada biaya yang diberikan kesekolah. Semoga anak-anak sekarang sekarang masih mau berproses dalam kesederhanaan dan keprihatinan dalam perjuangan untuk ditempa menjadi aktifis dakwah.

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter