Hai teman-teman...
Perkenalkan, namaku Githa Faurisya. Pastinya, kalian sudah tahu siapa nama panggilanku bukan? Ya, benar. Aku biasa dipanggil Githa. Sekarang, aku duduk di kelas V Muhammadiyah International School.
Ayahku bernama Muhammad Danurrasyid. Beliau adalah seorang guru. Lain lagi dengan ibuku. Nama ibuku Retira Juliane Rose. Jangan heran dengan nama ibuku ini. Beliau memang berasal dari luar negeri, tepatnya berasal dari Australia. Ibuku adalah seorang dokter.
Meskipun ibuku atau mamaku itu orang Australia, beliau bisa bahasa Indonesia. Ya, meskipun masih ada nada-nada Australia-nya.
Mamaku orang Australia, ayahku orang Indonesia. Coba tebak, aku mirip mama atau ayahku? Aku juga bingung sih, aku mirip siapa. Kalau dilihat dari penampilan, aku lebih mirip mama. Tapi, dilihat dari kecerdasan otak aku mirip ayah. Bahkan, aku sangat tidak suka dengan kata-kata dokter. Sedangkan mamaku? Beliau adalah seorang dokter. Aneh memang...
Aku anak tunggal. Jadi, di rumah aku sendirian. Maka dari itu, aku sering sekali mengajak sahabatku, Elita Tyfana Maharani untuk menginap di rumahku. Aku juga pernah menginap di rumahnya.
Sama seperti hari ini, aku mengajak Lita untuk bermalam di rumahku.
“Lita, jadi enggak nih?” tanyaku saat pulang sekolah.
“Jadi apa?” tanya Lita sambil mengerutkan keningnya.
“Katanya kamu mau nginep di rumahku malam ini?”
“Oh iya ya... Lupa!” kata Lita sambil menepuk jidatnya. Aku yang mendengarnya tersenyum geli. Masa Lita lupa? Hahaha... Pikun.
“Ya sudah, ayo!” ajakku.
“Eh... sebentar” kami pun berhenti. Aku hanya memandang Lita yang sedang berfikir.
“Ada apa?”
“Mending sekarang kamu pulang dulu, deh”
“Kenapa Lit? Katanya kamu mau ke rumahku?”
“Ya... Aku kan harus pulang dulu”
“Lho, bukannya biasanya kita kerumahmu sama-sama, terus kamu ambil barang-barang kamu, terus kita ke rumahku sama-sama?” tanyaku panjang, lebar, bin cepat.
“Itu biasanya. Sekarang kan luar biasa”
“Maksudnya?”
“Siang ini aku harus ke rumah saudaraku dulu, nanti sore, baru aku ke rumahmu. Bagaimana?”
“Ya sudah. Tidak apa-apa. Aku pulang dulu ya, bye” seruku lalu pergi dari hadapan Lita. Menuju ke tempat mobilku berada.
“Selamat siang Pak Bagus!” seruku sembari memberika senyuman untuk Pak Bagus, sopirku yang sedang berada di samping mobil.
“Eh... Selamat siang Non. Ayo kita pulang”
“Ayo Pak” kami pun pulang.
“Non, kok teman Non tidak ikut? Kan biasanya kalau malam minggu Non Lita bermalam di rumah?” tanya Pak Bagus yang memang sudah hafal kebiasaanku.
“Hehehe... Lita nanti juga ke rumah kok Pak. Tapi nanti sore” jawabku yang sedang membaca buku KKPK-ku, fiva Friendship.
“Oh begitu. Ini mau langsung pulang atau mau kemana dulu Non?”
“Mmm... Sebenarnya sih saya pengin ke toko buku. Tapi saya lupa enggak bawa uang. Jadi, nanti sore saja deh, sama Lita, Pak”
“Ya sudah kalau mau Non begitu” kata Pak Bagus, tak lupa juga dengan senyumannya.
Sesampainya di rumah...
“Sampai Non” seru Pak Bagus.
“Terimakasih Pak!” kataku lalu menuju ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum...” seruku sembari membuka pintu rumahku.
“Wa’alaikumsalam...” jawab Mbak Siti.
Setelah itu, aku pun segera menuju kamarku yang berada di lantai dua.
‘Sreet...’ terdengar suara decitan pintu. Wah... suara apaan tuh??? Oh... ternyata suara pintu yang kubuka toh...
“Hhh... Capek!” keluhku sambil merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Setelah beberapa menit menghilangkan rasa lelahku, aku pun mengganti pakaian sekolahku dengan baju rumah.
Baju lengan panjang gambar hello kitty berwarna merah, celana panjang berwarna putih dan ikat rambut di rambutku. (ya iyalah...) Di rumah, aku memang tidak menggunakan jilbab. Tetapi kalau keluar rumah, aku jelas memakai jilbab.
‘Tap tap tap’ terdengar suara derap kakiku. Lebih tepatnya, sekarang aku sedang berjalan menuju ruang makan. Untuk apa? Jelas untuk makan. ‘Kira-kira menu-nya apa ya?’ Ayam goreng? Ayam bakar? Mie goreng? Nasi goreng? Spageti? Apa ya?’ tanyaku dalam hati.
“Siang Non...” sapa Mbak Siti.
“Siang...” jawabku. Lalu melihat makanan di meja makan yang telah Mbak Siti persiapkan. “Wah ada nasi goreng, jus mangga dan... apa itu Mbak?” tanyaku heran setelah melihat menu terakhir.
“Itu namanya Sosis Mie Non. Masakan terbaru buatan Mbak...” jawab Mbak Siti bangga. Ya, kuakui. Mbak siti memang pintar sekali memasak. Ia juga senang membuat resep-resep baru.
“Gimana cara buatnya Mbak?” tanyaku sembari mengambil dan memperhatikan Sosis Mieyang ada di piring.
“Itu Cuma sosis biasa kok Non, terus Mbak gulung-gulung mie. Digoreng, jadi Non!” jawab Mbak Siti.
“Owh...” jawabku sambil mengangguk-anggukan kepalaku.
“Silahkan dimakan Non” kata Mbak Siti.
“Iya Mbak” kemudian aku pun segera makan dengan lahapnya. Wah... ternyata sosis mie buatan Mbak Siti enak lho... Coba deh!
“Alhamdulillah... kenyang!” kataku sambil memegangi perutku.
“Wah... ke-enakan sama sosis mienya ya Non?” tanya Mbak Siti.
“Hehehe... Iya nih Mbak. Enak banget sosis mienya. Ya sudah Mbak, Githa ke kamar dulu ya Mbak”
“Iya Non”
Setelah makan, aku pun pergi ke kamar tidurku. Lalu kunyalakan laptopku. Kemudian, aku pun mulai melayang bersama imajinasi-imajinasiku. Setengah jam kemudian, aku pun lelah dan akhirnya tertidur.
---OoO---
‘Brugh...!’ aku terjatuh diantara padang rumput yang luas. “Aku dimana ya?” Bingung. Tadi, aku baru saja tertidur setelah makan siang. Tapi,... sekarang aku sudah berada di padang rumput yang luas, taman, istana, dan...? Siapa dua orang itu?
Ditaman itu, terdapat dua orang anak sebayaku yang sedang bermain. Tunggu! Bukankah mereka adalah... Jane dan... aku??? Aneh. Jelas-jelas aku berada di sini. Tapi? Mengapa disana aku bersama Jane, musuh bebuyutanku?
“Aaah... Pusing...!” teriakku.
“Hy! Githa, kamu kenapa?” tanya seseorang.
“Aaa... Siapa kamu?” tanyaku lagi.
“Ini aku Lita. Kamu ini kenapa sih?” tanya orang itu lagi. Hah??? Lita?
Aku pun membuka kelopak mataku. “Lita???” Lho, kok Tasya ada di sini ya? Ehhh... Kok aku ada di kamarku? Oooh... Jadi tadi cuma mimpi? Hahaha...
“Ya... aku kan mau nginap di rumahmu”
“Oh ya lupa!”
“He-eh... Terus tadi kamu kenapa? Kok teriak-teriak sih?”
“Aku? Aku enggak teriak!”
“Orang tadi aku yang bangunin kamu”
“Emang tadi aku teriak-teriak ya?”
“Iya”
“Tadi aku mimpi”
“Hah? Mimpi kok sampai segitunya sih?”
“Tauk...” jawabku sambil mengangkat bahu.
“Emang kamu mimpi apa?”
“Tadi aku mimpi kalau aku sama si Jane-Janet itu berteman, bahkan bersahabat!”
“Hah?”
“Iya. Aneh kan? Makanya aku teriak”
“Ya... Semoga aja gitu ya”
“Semoga kenapa?”
“Semoga kamu sama Jane beneran jadi sahabat, supaya enggak akan ada perang dunia lagi antara kamu sama Jane. Mungkin, kalau satu kali lagi kamu ngadain perang dunia itu, Muhammadiyah International School bisa roboh gara-gara kalian. He-eh...” kata Lita konyol.
“Enggak akan!”
“Kun Fayakun! Kalau Allah sudah berkehendak? Siapa yang bisa melarangnya?”
“Iya deh iya...”
“Ya udah, kamu mandi sana! Bau tahu!”
“Emang kamu udah mandi?”
“Ya udah lah... Kamu enggak lihat aku yang udah cantik?” tanya Lita dengan PD-nya. Dan kujawab dengan mengeluarkan lidahku. “Iiih... Githa...!” teriak Lita yag masih dapat kudengar. Karena sekarang aku sudah berada di dalam kamar mandi.
Setelah mandi, aku memakai kaos lengan panjang putih yang bergambar seorang gadis muslimah yang berada di sebuah taman bunga. Rok panjang bermotif bunga-bunga yang berwarna hijau. Setelah itu aku menunaikan shalat asar.
Jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 16.00. “Lita, mainan yuk!” ajakku pada Lita yang sedang membaca buku KKPK-ku.
“Ayo. Mainan apa?”
“Terserah kamu aja”
“Gimanan kalau kita nyanyi-nyanyi aja!”
“Oke!”
Teenebelle – Tersenyumlah
Hai kamu jangan membisu
Ada aku disini untukmu
Coba tuk berbagi denganku
Lupakan semua masa lalu
Tersenyum lagi
Don’t every cry
Lihat dunia
Ini lebih indah
Tertawa lagi
Don’t every cry
Kita selalu bersama
Jadi lebih indah
Tak perlu mengingat yang dulu
Ada aku disini untukmu
Coba tuk memeluk diriku
Lupakan semua masalahmu
Tersenyum lagi
Don’t every cry
Lihat dunia
Ini lebih indah
Tertawa lagi
Don’t every cry
Kita selau bersama
Jadi lebih indah
“Yeay...” teriak kami berdua karena senang.
“Lita, ke toko buku yuk!”
“Boleh. Ayo!” jawab Lita kemudian memakai kerudungnya. Aku pun begitu. Lalu kami berdua keluar kamar, menuju ke lantai bawah, lau meminta bantuan Pak Bagus untuk mengantar kami berdua.
Sesampainya di toko buku...
“Githa, aku mau ke sana dulu ya!”
“Ok! Aku juga mau kesana” jawabku. Lalu, kami pun berpencar. Lita menuju rak komik anak. Sementara aku menuju rak cerita anak. Setelah beberapa menit kami mencari, aku telah menamukan buku yang akan aku beli. Yaitu...
“Hai... Sudah selesai?” hu-uh... Lita. Mengganggu saja!
“Eeeh... sudah-sudah... kamu beli apa aja?”
“Komik Doraemon versi 45 dan 46. Sama komik Detektif Conan. Kamu?” tanya Lita balik. Sekalian jawab pertanyaan dari Lita, aku juga mau terusin perbincangan kita tadi. Oke...
“Aku mau beli KKPK-Teman Tapi Musuh sama... Deja Vu’!”
“Deja Vu’? Apaan tuh?”
“Aku juga enggak tahu. Makanya aku beli”
“Owh gitu,... Ya udah, aku ke kasir!” ajak Lita. Kemudian, kami berdua pun menuju kasir dan jelas... membayarnya!
Kemudian aku dan Lita pun pulang ke rumahku. Sesampainya di rumah, kami segera menunaikan kewajiban kami, shalat lima waktu. Lebih tepat lagi sekarang aku akan menunaikan shalat maghrib. Seperti biasa, setelah shalat kami mengaji bersama sampai isya. Lalu shalat isya, setelah itu, belajar deh!
Karena ini malam minggu, jadi kami hanya belajar setengah jam. Daaan... kita pun membaca buku yang tadi kita beli. Awalnya aku membaca KKPK-Teman Tapi Musuh. Tetapi setelah satu jam, buku itu pun habis kubaca.
“Lita udah selesai bacanya?” tanyaku.
“Belum, tinggal dua halaman lagi”
“Oke! Tapi setelah itu udah ya, aku udah ngantuk nih”
“Mmm...” beberapa detik kemudian, Lita pun selesai membaca komik Detektif Conannya. Daaan... kami pun tertidur.
---OoO---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar