“Iya” jawab Kalila menanggapi ucapan Vania.
“Mmm... gimana kalau kita beli ice cream? Di Bon-Bon Cafe” kata Vania meminta persetujuan Kalila.
“Ok. Tapi, aku beli jus aja ya” Kalila pun setuju.
“Ya, itu terserah kamu. Yang penting sekarang kita ke Bon-Bon Cafe. Lets go...” kata Vania lalu menarik lengan Kalila. Dan keduanya pun berjalan dengan ceria menuju Bon-Bon Cafe, yaitu cafe favorit mereka berdua.
Ya, mereka adalah Kalila Aulia Rahma dan Vania Allona. Mereka adalah dua sahabat yang selalu bersama. Mereka duduk di kelas V SDIT Nurul Iman. Rumah mereka pun berdekatan. Rumah Kalila beralamat di Jl. Bakti Marya No.08 A Kompleks D Perumahan Anggrek Hijau. Sementara rumah Vania berada di Jl. Bakti Marya No.15 A Kompleks D Perumahan Anggrek Hijau. Jadi, mereka sangat biasa bermain bersama.
Dua sahabat ini juga pintar lho... Dikelas, Kalila mendapat peringkat pertama. Dan Vania mendapat peringkat kedua. Wah... pintar sekali ya. Sebenarnya saat Kalila masih menjadi anak baru, yaitu saat kelas II, Vania yang menduduki peringkat pertama. Tapi, saat Kalila pindah ke SDIT Nurul Iman Vania jadi peringkat dua deh... Kasihan ya, Vania. Perkenalanya, udah dulu ya, kita lanjutin ceritanya, kan belum selesai.
Sesampainya di Bon-Bon Cafe mereka duduk di meja No.11. Dan memanggil pelayan cafe.
“Mbak, saya pesan burger satu dan ice cream vanila latenya satu ya” jelas Vania.
“Oh, ya. Adek yang satunya mau pesan apa ?” tanya si pelayan kepada Kalila.
“Saya chistik satu sama jus jambunya satu” pesan Kalila.
“Chistiknya mau rasa apa ?” tanya pelayan lagi.
“Rasa keju balado deh mbak” jawab Kalila.
“Baik, tunggu sebentar ya” kata mbak pelayan seraya berlalu meninggalkan dua pasang sahabat karib itu.
“Vania, kamu suka baca buku?” tanya Kalila memulai pembicaraan.
“Suka dong, memangnya kenapa? Kamu suka?”
“Enggak ada apa-apa. Iya dong, aku juga suka” jawab Kalila lalu berkata “Kamu mau nggak habis ini kita ke toko buku?”
“Wah, ide bagus tuh. Nanti kita ke toko buku gramedia ya?”
“Oke”
Setelah beberapa lama berbincang-bincang akhirnya pesanan pun datang. Lalu mereka melahap makanan tersebut. Dan pergi ke toko buku dengan menaiki becak. Karna jarak dari kafe menuju gramedia sekitar 1,5 km. Daripada capek, mending naik becak, bayar Rp. 10.000,- kan beres. Hehehe...
Mereka telah sampai di tempat tujuan dengan selamat dan memasuki toko buku gramedia lalu menaiki eskalator menuju lantai dua. Sesampainya di rak-rak buku cerita anak-anak, mereka mencari buku yang bagus.
Akhirnya, Kalila menemukan sebuah buku KKPK My First Make Up, sebuah komik berjudul Detektif Conan edisi-26, dan dua buah majalah pengetahuan anak, Junior.
Vania pun menemukan dua buah KKPK yaitu Viva Friendship dan Princess Family, sebuah Pink Berry Club yaitu Piano Anita, dan dua pack binder. Lalu mereka membayarnya di kasir.
Setelah membeli buku di gramedia mereka pulang ke rumah. Tetapi kali ini mereka tidak menggunakan becak seperti tadi, melainkan menggunakan mobil Vania karena memang ia meminta supirnya untuk menjemputnya.
Keesokan harinya Kalila telah berada di rumah Vania untuk menjemputnya. Lalu bersama-sama menuju sekolah dengan sepeda. Kemarin mereka memang telah berjanji untuk berangkat bersama menggunakan sepeda.
Sesampainya di sekolah mereka memarkirkan sepeda di tempat parkir khusus sepeda. Lalu berjalan bersama menuju kelas mereka, kelas V Al-Mutaffifin. Di SDIT Nurul Iman kelas-kelasnya memang menggunakan nama-nama surat di Al-Qur’an.
Ya, mungkin begitu keseharian dua sahabat itu. Selalu bersama di setiap suka maupun duka. Sampai pada suatu hari yang tak disangka-sangka oleh mereka.
Hari itu, Vania sedang bermain di rumah dengan kakaknya. Tetapi tiba-tiba terdengar dering lagu si penyanyi cilik, Kenny yaitu Lagu Cinta Untuk Mama yang ternyata berasal dari handphone Vania.
“Assalaamu’alaikum... ya, ada apa Kalila?” kata Vania.
“Wa’alaikum salam Vania. Maaf, ini Ibu Kalila, Vania” kata orang dari seberang sana yang ternyata tente Rasya, ibu dari Kalila.
“Oh, Tante, ada apa Tan? Kalilanya mana?”
“Begini, tante cuma mau kabarin sesuatu sama kamu”
“Kabarin apa Tante?”
“Kalila, Kalila sakit”
“Apa?! Kalila sakit?” ulang Vania “Memangnya sekarang Kalila dimana Tante?”
“Dia ada di Rumah Sakit Kasih”
“Terimakasih atas informasinya Tante. Assalamuu’alaikum”
Tanpa menunggu jawaban, Vania langsung menutup telephonnya. Dan berganti pakaian lalu pergi ke Rumah Sakit Kasih.
Sesampainya disana ia langsung menuju tempat informasi dan menanyakan dimana Kalila berada. Lalu berlari secepat kilat menuju Lorong Dahlia No. 07 yaitu tempat di mana Kalila dirawat.
‘thok! thok! thok!...’ Vania pun mengetuk pintu kamar seraya berucap “Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikum salam” terdengar jawaban dari dalam kamar, kemudian tampak ayah Kalila membuka pintu dan mempersilahkan Vania masuk. Di kamar tampak Kalila yang sedang tergolek lemas di ranjang dan tak sadarkan diri.
Vania pun mendekati ranjang Kalila yang kebetulan di sebelah ranjang ada ibu Kalila. Vania mencium tangan ibu Kalila lalu bertanya.
“Tante, bagaimana keadaan Kalila? Kalila sakit apa Tante? Apa Kalila akan baik-baik saja?” kata Vania memberondong pertanyaan.
“Kalila sakit kanker, dan sudah stadium akhir Vania”
“Apa? Kanker stadium akhir?” ulang Vania.
Ibu Kalila mengangguk. Vania kaget. Ia pun menangis sambil memeluk Kalila. Dan membangunkan Kalila.
“Kalila? Kamu sudah bangun sayang?” tanya Ibu Kalila. Dan, Vania pun berhenti menangis karena tak ingin membuat sahabatnya bersedih.
“Sudah Bu. Vania, kamu kenapa menangis?” tanya Kalila lemah.
“Aku nggak papa kok” jawab Vania.
“Aku tahu, kamu pasti sudah tahu tentang penyakitku kan? Aku minta maaf Vania, mungkin aku hanya bisa menemani hidupmu sampai disini. Jangan sedih ya, bila nanti aku telah tiada” kata Kalila membuat Vania kembali mengeluarkan air matanya.
“Kalila, jangan ngomong kaya gitu. Aku mohon, kamu pasti kuat dan bisa sembuh”
“Vania, nanti malam aku akan di operasi. Kalau berhasil, aku bisa sembuh. Tapi kalau tidak, aku akan ...”
“Sst... jangan pikirkan itu, yang penting kamu harus sembuh. Aku akan selalu berdoa untukmu” potong Vania. Kalila hanya tersenyum.
“Van, bisa tolong ambilkan buku di meja itu nggak?” pinta Kalila menunjuk buku yang tergeletak di atas meja. Dan tanpa basa-basi Vania mengambilnya.
“Ini bukunya” kata Vania sambil memberikan buku itu pada Kalila.
“Terimakasih” jawab Kalila, lalu berkata “Vania, apa kamu sahabatku?”
“Ya, aku sahabat sejatimu. Kenapa kamu ngomong kaya gitu Kalila?” tanya Vania keheranan.
“Kalau kamu sahabatku, terimalah buku ini sebagai kenang-kenangan dariku”
“Terimakasih, tapi kamu harus tetap berjuang mengalahkan penyakitmu itu.” kata Vania memberi semangat kepada Kalila. Dan Kalila hanya tersenyum.
Tiba-tiba ibu Kalila datang membawa makanan untuk Kalila. “Kalila, makan dulu sayang, ngobrolnya dilanjutin nanti ya”
“Iya Bu” jawab mereka bersamaan, tapi Vania tetep manggilnya tante lho....
Lalu Kalila makan. Kalian tahu? Vania menyuapi Kalila lho... Wah... so sweat.... Eh, kok so sweat? Mereka kan sahabat? Tapi, nggak papa sih. Hehehe...
Pukul 19.30 WIB, Kalila dipindahkan ke ruang operasi. Vania masih menunggui Kalila di rumah sakit. Vania selalu berdoa untuk kesembuhan Kalila.
Dari tempat duduknya, Vania selalu memperhatikan pintu ruang operasi. Satu jam kemudian, pintu ruang operasi tersebut terbuka. Dan keluarlah seorang suster.
Semua orang yang ada disana berdiri dan bertanya pada suster tersebut. Termasuk Vania.
“Bagaimana suster? Apa operasinya berjalan lancar? Apa anak saya baik-baik saja suster?” tanya Ibu Kalila yang sangat khawatir.
Tiba-tiba dari dalam ruangan keluar dokter, dan dokter itu berkata. “Mohon maaf, pak, bu, kami telah berjuang semaksimal mungkin, tetapi nyawa Kalila tidak bisa diselamatkan. Sabar Bu, Pak, ini semua sudah kehendak Tuhan Yang Maha Esa”
Semua yang ada disana kaget. Mereka menangis sejadi-jadinya. Bahkan, Ibu Kalila pingsan. Setelah mengetahui kabar itu, Vania berlari menuju taman rumah sakit dan memeluk buku yang tadi diberikan oleh Kalila.
Setelah beberapa menit Vania menangis, tiba-tiba dari belakang ia dipeluk oleh seseorang. Orang itu berkata. “Jangan sedih sayang, karena masih ada mama” ohhh... ternyata, itu suara mama Vania. “Ayo kita pulang”
“Ma, tapi Kalila Ma” tolak Vania.
“Kalila baik-baik saja. Ayo kita pulang”
“Iya Ma”
Lalu, Vania pun pulang bersama keluarganya. Sesampainya dirumah, Vania terlelap bersama mimpinya.
‘Brukkk...’ Vania terjatuh. Terjatuh entah ke negeri apa. Yang jelas, ia sedang berada di sebuah taman yang sangaat indah. Taman itu berada di depan sebuah istana megah. Istana itu terbuat dari emas dan berpintu besar.
“Waw... aku dimana ini ?” tanya Vania pada dirinya sendiri. Dan tiba-tiba ia mendengar suara seseorang.
“Hai Kalila, kita bermain yuk?” tanya seseorang yang mengenakan gaun berwarna biru yang sangaat indah. Tetapi anehnya, seseorang bergaun biru itu dapat terbang. Ya, disekeliling Kalila memang ada sekitar tujuh orang yang dapat terbang.
“Iya, ayo Kalila”
“Baik peri, ayo kita bermain” kata Kalila. Oh, ternyata orang-orang itu adalah peri istana.
“Ayo kita bermain...” mereka pun bermain bersama kucing dan anjing yang lucu-lucu. Tetapi tiba-tiba hujan turun, akhirnya mereka masuk ke sebuah rumah pohon yang besar.
Setelah agak lama, panas kembali datang dan hujan pun pergi. Mereka pun keluar dari rumah pohon.
“Coba lihat, disana ada pelangi” seru peri jingga.
“Waw... ayo kita bermain disana” kata peri merah. Para peri mulai terbang menuju pelangi, tetapi Kalila hanya terdiam.
“Kalila, ayo. Kenapa kamu diam?” tanya peri biru bingung.
“Aku tidak bisa terbang” kata Kalila.
“Oh iya. Begini, disini semua bisa terjadi Kalila. Kamu terbang pun itu bisa terjadi”
“Caranya ?”
“Tutup matamu, lalu kamu bayangkan apa yang kamu inginkan” kata peri biru. Lalu Kalila mencoba cara itu, dan ia bisa terbang. Kalila menggunakan sebuah sayap yang lebih indah dari semua peri.
“Waw... subhanallah. Terimakasih peri biru”
“Sama-sama. Ayo kita bermain di pelangi”
Kalila pun bermain bersama peri-peri di pelangi.
Sementara di tempat Vania, ia hanya tersenyum. Ia bahagia melihat sahabatnya bahagia.
“Vania, bangun sayang” kata seseorang lembut. Vania terbangun.
“Ma, tadi Vania lihat Kalila Ma, dia sedang bermain bersama para peri. Ia sangat bahagia Ma” jelas Vania.
“Itu berarti, kamu nggak boleh sedih. Kalau kamu sedih, nanti Kalila juga sedih disana. Kamu nggak mau kan, lihat Kalila sedih ?”
“Enggak Ma” kata Vania lalu memeluk mamanya.
---OoO---
Ulangan Akhir Semester genap telah terlaksanakan. Dan hari perpisahan akan segera dilakukan. Besok adalah hari perpisahan anak-anak kelas VI SDIT Nurul Iman. Kata wali kelas Vania, Bu Shinta, anak-anak boeh menampilkan kreasi mereka, akhirnya Vania mendaftarkan diri. Ia ingin menyanyi dan membaca puisi.
Hari sabtu pun tiba. Ia sudah siap dengan pakaiannya. Gaun berwarna biru, sepatu boat putih, dan jilbab putih dengan hiasan bunga di bagian atas jilbab. Waw... Vania benar-benar cantik.
Sambil menunggu giliran, Vania bercakap-cakap dengan temannya, Naura. Lalu pergi ke toilet dan bertemu Keyla. Lalu Vania dan Keyla menuju kantin sekolah dan membeli jajanan.
Akhirnya, tiba giliran Vania menampilkan aksinya.
“Sekarang, mari kita dengarkan suara emas milik anak didik kita, seorang anak yang duduk di kelas V Al-Mutaffifin SDIT Nurul Iman ini akan membuat kita berdecak kagum karena suara emas yang dimilikinya. Dan puisi yang juga akan membuat kita terhipnotis. Kita sambut inilah.... Vania Allona...” seru MC acara, membuat Vania malu karena dipuji. Ya, Vania adalah anak yang tak terlalu suka dipuji.
Vania maju ke depan panggung. Lalu berkata “Assalaamu’alaikum” dan dijawab salam oleh para penontonnya. “Lagu pertama ini, saya persembahkan untuk mama saya, mama Jenny Permata Allona”
Musik mulai terdengar. Vania menyanyikan lagu itu dengan penghayatannya. Sampai ia hampir menangis, tetapi ia tahan. Begini lirik lagu yang di nyanyikan Vania. Lagu yang amat mengharukan
Kenny –Lagu Cinta Untuk Mama-
Apa yang kuberikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Walau tak dapat selalu kuungkapkan
Kata cintaku tuk mama
Namun dengarlah hatiku berkata
Sungguh kusayang padamu mama
Setelah lagu pertama selesai, Vania berkata lagi “ Sekarang lagu yang kedua. Lagu ini saya persembahkan untuk sahabat saya yang telah tiada, almarhumah Kalila Aulia Rahma” lalu kembali bernyayi. Pada lagu ini, Vania menangis karena teringat kembali dengan Kalila.
Tifanny -Sahabat-
Ketika aku berduka
Kau selalu ada
Memeluk lukaku
Disaat kubutuh teman
Yang mengertiku
Bahagia kan ku
Tlah banyak cerita
Yang kita lalui
Menangis bersama dan tertawa
Jarak antara kita
Tak lagi bermakna
Engkau sahabatku selamanya
Sahabat
Kau bagai bintang
Hiasi malam
Yang terindah dan terembun
Sahabat
Kau takkan nyerah
Walau kau jauh
Tapi dekat hatiku
Setelah menyanyikan lagu kedua, ia bersiap-siap untuk membacakan puisi, ya walaupun tanpa teks. Dan, puisi ini buatan Vania lho... Puisi ini menceritakan tentang sahabat Vania, Kalila yang telah tiada. Mau tahu isinya? Terus ikuti kisah Vania setelah yang satu ini... Wah wah wah... kok jadi kaya idola cilik sih? Ya sudah, sekarang kita dengerin yuk, puisi Vania. Tapi, sebelumnya siapin tisu dulu, jadi kalau nangis enggak perlu repot-repot. Ayo...
“Saya persembahkan, puisi ini untuk sahabat saya, Kalila Aulia Rahma...” kata Vania sebelum membacakan puisinya.
Sahabat Sejati
Sahabat
Dimanakah kau kini
Bagaimanakah kau kini
Ingatkah kau padaku
Akulah sahabatmu
Sahabat sejatimu
Ingatkah kau
Saat kita bermain bersama
Saat kita bersendau gurau
Saat kita menjalani hari-hari kita
Kitalah sahabat
Dimana pun
Kapan pun
Bagaimana pun
Kita tetap sahabat
Meski tak bersama lagi
---OoO---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar