“Selamat pagi
Bunda” sapaku pada Bunda. Meski kutahu, Bunda tak akan membalasnya, namun aku
yakin bahwa Bunda pasti mendengarnya.
“Bunda, doakan Sheyla ya, hari ini Sheyla mau
berlomba lagi. Semoga di lomba kali ini, Sheyla bisa mendapatkan juara kembali,
amin...” kata Sheyla sambil terus memegangi tangan bundanya.
‘Kreeek...’ terdengar suara pintu yang
terbuka.
“Sudah minta izin sama Bunda?” tanya Oma.
“Sudah Oma” jawabku tersenyum.
“Kalau gitu, ayo kita
berangkat!” seru Oma bersemangat.
“Ayo!” jawabku tak kalah
semangat. “Bunda, Sheyla berangkat dulu ya Bun. Jangan lupa doakan Sheyla”
kemudian, aku pun mencium Bunda.
“Assalamu’alaikum
Bunda”
Setelah
berpamitan pada Bunda, aku dan nenek pun keluar dari ruang rawat Bunda. Kalian
tahu? Hari ini aku akan berlomba di tingkat nasional! Aku mengikuti perlombaan
Olimpiade Matematika. Dan sekarang, aku dan Oma akan pergi ke SMA MBS Yogyakarta, tempat dilaksanakannya lomba.
Aku pergi tidak
hanya bersama Oma, aku juga pergi bersama Bu Laila. Bu Laila adalah guru
Matematika di sekolahku. Beliaulah yang selalu mengajariku sehingga aku dapat
mengikuti lomba Olimpiade ini hingga ke tingkat nasional. Terimakasih Bu Laila.
Kami pergi
menaiki mobil milik Bu Laila. Selama perjalanan, aku hanya mendengarkan musik
melalui handphone Oma. Lagu yang
kudengarkan hanya satu lagu. Yaitu lagu dengan judul Lagu Cinta Untuk Mama. Lagu ini adalah lagu yang dinyanyikan oleh
seorang penyanyi cilik bernama Kenny. Begini lagunya...
Kenny – Lagu
Cinta Untuk Mama
Apa
yang kuberikan untuk mama
Untuk
mama tersayang
Tak
kumiliki sesuatu berharga
Untuk
mama tercinta
~Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Walau
tak dapat selalu kuungkapkan
Kata
cintaku tuk mama
Namun
dengarlah hatiku berkata
Sungguh
kusayang padamu mama
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Setelah puluhan
kali menndengar lagu itu, aku pun tertidur. Ya, mungkin karena aku kecapean.
Hehehe... Aku tidur dulu ya. Zzz...
---OoO---
Sekarang, aku
sudah sampai di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Sebenarnya sih, aku masih capek.
Tetapi, demi mendapatkan juara, aku harus tetap bersemangat. SEMANGAT!
“Sheyla, Bu Guru
mau mendaftar ulang dulu ya...” pamit Bu Laila.
“Iya Bu...” Kemudian,
Bu Laila pun pergi ke tempat pendaftaran ulang. Aku dan Oma hanya menunggu
sambil terus berdoa.
“Ayo, Shey...
Ini nomer pesertanya” ajak Bu Laila. Kami pun pergi menuju tempat lomba. Setelah
sepuluh menit kami menunggu, perlombaan pun di mulai...
---OoO---
Saat ini
waktunya pengumuman lomba.
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh” salam seorang panitia lomba.
“Wa’alaikum
salam” jawab para hadirin, termasuk aku.
“Sekarang,
waktunya pengumuman pemenang lomba Olimpiade Matematika. Juara tiga, diraih
oleh... Varasya Amalia, dari SD Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Juara dua diraih
oleh... Muhammad Alviano, dari MI Muhammadiyah 1 Boyolali. Dan... Untuk juara
pertama diraih oleh... Aulia Sheyla Putri, dari MI Muhammadiyah Kedungwuluh
Lor. Selamat bagi para pemenang lomba, silahkan maju ke depan! perintah sang
MC.
Dan... Aku
menang? Juara satu? Horeee... Aku pun maju ke depan. Di depan aku di sodorkan
sebuah mic. Aku bingung... Apa yang harus ku katakan?
“Assalamu’alaikum...
Disini, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih pada Allah, pada Bu Laila,
pada Oma dan tentunya untuk Bundaku tercinta yang telah mendoakanku. Bunda...
Aku menang...” kataku di depan seluruh hadirin.
---OoO---
Aku telah
sampai, dan kembali ke Rumah Sakit tempat Bunda dirawat. Aku tak sabar ingin
memberi tahukan kepada Bunda.
‘Kreek... pintu
kamar Bunda telah aku buka.
“Bunda... Aku
menang...” seruku. Tapi... “Bunda kenapa Yah? Kenapa tubuh Bunda di tutupi
selimut?” tanyaku kebingungan.
Ayah memelukku.
“Sayang, Bunda sudah tidak ada lagi, Bunda sudah tenang di Surga...” kata Ayah
lembut. Tapi... Bunda sudah tidak ada? Apa maksud ayah? Apa Bunda sudah...
“Nggaaak.... Bundaaa... bangun Bunda... Sheyla menang Bun... Bunda pasti ingin
lihat pialanya kan? Ini pialanya Bun... Bunda banguuuun,...”
Satu jam kemudian, aku sudah mulai
tenang...
“Sheyla jangan
nangis teruuus...” kata Ayah.
“Tapi Bunda,
Yah...”
“Bunda tidah
apa-apa... Bunda sudah tenang di Surga”
“Di Surga???”
“Iya di
Surga...”
“Berarti Bunda
sudah bahagia dong Yah?”
“Iya... jadi
kamu enggak boleh nangis lagi... Kalau kamu nangis, nanti Bunda sedih...”
“Iya Yah... Tapi
kan Sheyla belum sempat nunjukin piala ini ke Bunda”
“Enggak
apa-apa... Yang penting Bunda sudah tahu bahwa Sheyla hebat!”
“Iya... Makasih
ya, Yah...”
“Sama-sama...”
Aku pun menatap
Bundaku tercinta... “Bunda ini hadiah dari Sheyla untuk Bunda...” kataku sambil
menunjukan piala tersebut pada Bunda.
Bunda, teruslah
tersenyum... Jangan menangis... =D
---OoO---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar