Sabtu, 16 Januari 2010

Menyambut Indonesia Merdeka

Berita RRI yang menyiarkan bahwa Indonesia telah merdeka yang diproklamasikan oleh Dwi Tunggal Soekarno Hatta cepat terdengar ke suluruh pelosok tanah air sampai ke desa-desa bahkan sampai di daerah pegunungan juga.
Kemerdekaan Indonesia benar-benar disambut dengan suka cita segenap rakyat Indonesia yang telah lama mendambakan kebebasan sejak 350 tahun lamanya. Mereka menyambut dengan berbagai acara kegembiraan. Bermacam-macam bentuk olahraga, kesenian dan di gelar hampir di semua desa tidak terkecuali wilayah Patikraja dan sekitarnya.
Selama seminggu sejak 17 Agustus 1945 tak henti-hentinya perhelatan akbar di desa-desa diselenggarakan. Ada yang dalam bentuk perorangan maupun perkumpulan antar penduduk desa. Pokoknya serba meriah walaupun baru lepas kemiskinan dan kesengsaraan, namun dengan semangat yang menyala-nyala disertai rasa bahagia, rakyat Indonesia rela bergotong-royong untuk bersama menyelenggarakan keramaian.
Setiap pintu halaman rumah dibuatkan hiasan gapura berbentuk Croon yaitu gapura sistim Belanda yang biasa dipasang bila rakyat jajahan memperingati kelahiran Ratu Belanda waktu itu. Wujud gapura itu dibuat dari batang bambu setinggi 2 meter, selebar pintu halaman, diberi hiasan dari dedaunan beraneka warna serta janur kuning sebagai pilar gapura. Bentuk croon menyerupai topi mahkota seorang raja. Tetapi puncaknya dipasang dengan megahnya Sang Merah Putih sebagai lambang negara.
Begitu suka cita menyambut kemerdekaan negaranya, penggunaan lencana bendera Jepang ( Matahari terbit) lenyap dari pandangan, berganti dengan lencana merah putih dipasang pada dada kiri, topi atau tutup kepala. Bahannya dari kain pita, logam dan ebonite.pada waktu itu belum dikenal bahan plastic.
Salam perjuangan dan semboyan kemerdekaan dikumandangkan. Setiap hari bila bertemu dengan para pemuda atau tentara kita tentu mengucapkan dengan menggenggam tangan salam “Merdeka” dan mesti dijawab “Tetap Merdeka” atau “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. Yang lebih keren lagi salam “Merdeka Bung” dan dijawab dengan “Tetap Merdeka 100%”.
Kata-kata Bung digunakan untuk panggilan bila mana menyapa sesama sebagai ungkapan pribadi pejuang. Di dengar lebih bersemangat bila dibandingkan yang wajar seperti saudara, bapak ataupun panggilan umum lainnya. Setiap ada pertemuan atau rapat pekik Merdeka selalu dilontarkan dengan sambutan yang gegap gempita.
Meluapnya kegembiraan dan rasa kebanggaan dari penduduk mulai muncul aksi corat-coret pada tembok-tembok, bangunan-bangunan, gerbong-gerbong kereta api serta tempat-tempat umum dengan berbagai tulisan besar-besar. Warna merah mendominasi tulisan disertai.gambar-gambar tangan yang berdarah, yang artinya mungkin “Rela berkorban demi tanah air sampai titik darah penghabisan.” Antara lain tulisan itu : “ Merdeka atau Mati, Merdeka 100%, merdeka dari Sabang sampai Merauke, sekali merdeka tetap merdeka.”

Tidak ada komentar:

Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter